Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 1: Lebih Hitam dari Kegelapan

27 Januari 2011   08:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:08 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

DHANAPATI tersuruk, melangkah limbung. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Sakit yang perih menusuk. Berdenyut berirama, irama kematian.

Dhanapati menggigit bibirnya. Sakit di sekujur tubuhnya tak sebanding dengan sakit di hati. Dia menggigil.

Tak ada yang lebih menyakitkan dibanding dikhianati teman sendiri. Dikhianati oleh mereka yang selama ini dianggap sebagai saudara sejiwa. Senasib sepenanggungan.

Awalnya dia merasa heran melihat mantan rekannya dari Bhayangkara Biru mendatangi Dukuh Weru, tempatnya menetap selang satu setengah tahun terakhir. Mereka datang lengkap. Bahkan Bhagawan Buriswara, pemimpin Bhayangkara Biru yang biasanya jarang meninggalkan keraton juga ikut serta.

Semula Dhanapati mengira rekan-rekannya datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahannya, dan ikut gembira dengan kelahiran bayi laki-lakinya.

Namun perkiraan Dhanapati keliru. Sangat keliru.

Mereka, saudara-saudaranya ternyata datang membawa maut. Mereka datang untuk menghukum!!

Tak ada yang bisa meninggalkan Bhayangkara Biru. Menjadi anggota Bhayangkara Biru adalah kontrak sekali seumur hidup yang harus dijalani sampai mati. Dhanapati tahu hal itu ketika dia terpilih menjadi anggota, lima tahun lalu.

Hingga hari ini, Dhanapati tak pernah menyesali keputusannya menjadi anggota Bhayangkara Biru, sebuah kelompok elit yang dibentuk Yang Mulia Mahapatih. Bhayangkara Biru bertugas mengejar dan mengeksekusi para penjahat yang lolos dari belitan hukum. Para anggota Bhayangkara Biru diberi hak untuk membunuh. Mereka bergerak rahasia namun diberi akses khusus dan tak terbatas dari Kerajaan.

Bhayangkara Biru sangat dihormati sekaligus ditakuti. Di Kotaraja, pamor mereka bahkan lebih tinggi dibanding Bhayangkara Utama yang bertugas sebagai pengawal pribadi Yang Mulia Baginda Raja.

Dhanapati tak pernah menyesal. Hingga dia melihat seluruh warga Dukuh Weru dibantai tanpa ampun. Sampai dia melihat istrinya roboh berkalang tanah dan putranya yang baru berusia tiga bulan berlumuran darah…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun