Metode mengajar boleh apa saja, sistem pembelajaran juga boleh apa saja, tapi kegiatan belajar-mengajar yang bahagia bakal melahirkan ilmu dan pengetahuan yang bermakna.
Sebagai perwujudan dari Percepatan Peningkatan Kompetensi Mengajar (PPKM) guru, sebaiknya jangan terlalu terpaku dengan metode mengajar A atau media pembelajaran B tanpa memperhatikan kesanggupan dan kebutuhan siswa.
Rasanya, semua metode mengajar entah itu tradisional maupun inkonvensional semuanya bagus jikalau mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan efektif.
2. Mengganti PR dengan Tugas Proyek, Produk, atau Unjuk Kerja
Salah satu hal yang cukup rumit di era pandemi adalah membiasakan siswa untuk belajar mandiri.
Selama ini, barangkali sebagian guru menganggap bahwa pemberian PR adalah salah satu solusi agar siswa mau kembali membuka buku serta "memeras otak" untuk memetik ilmu.
Sayangnya das sein di lapangan tidaklah sesederhana itu.
Bersandar pada evaluasi yang kulakukan pada akhir semester II kemarin, pemberian PR malah menjadi solusi yang tidak efektif untuk mendulang perhatian belajar.
Dari satu kelas yang kucermati, hanya setengahnya saja yang mengerjakan PR. Sisanya malah sengaja melupakan, pura-pura tidak ingat, bahkan ada siswa yang tidak membawa buku yang ada PR-nya.
Pertanyaannya di sini, apakah kisah tersebut bakal terulang lagi di tahun ajaran baru 2021/2022?Â
Bisa saja, bahkan bisa banget.
Terkadang, PR tersebut sengaja tidak dikerjakan oleh siswa bukanlah karena faktor kemalasan melainkan ada terlalu banyak PR lain yang selama ini mereka anggap lebih penting.