Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Harapan Merdeka Belajar ala Mas Nadiem Lebih "Manis" dari Gula Aren

27 Juli 2020   21:36 Diperbarui: 27 Juli 2020   22:53 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya, kalau sudah berbicara tentang ponsel, kuota dan internet, rasanya tidak sedikit orang yang hanya mampu menjawab "auuh ahh, gelap!" karena tidak mendapati solusi yang "ngena."

Terang saja, baik ponsel, kuota dan internet, masing-masing darinya selalu bersenggolan dengan duit. Belum lagi tentang jaringan. Tambah repot, karena lintasannya sudah mengarah ke alamat Kominfo.

Maka dari itulah, semakin PJJ berjalan begini-begini saja, maka semakin mudahlah bagi kita untuk memberikan cap bahwa harapan Merdeka Belajar ala Mas Nadiem terlalu "manis", bahkan lebih manis dari gula aren.

Gula Aren. Dokpri
Gula Aren. Dokpri

Terlalu banyak porsi gula pada segelas harapan Merdeka Belajar, dan mengonsumsi gula yang berlebihan tidak baik bagi "kesehatan" pendidikan kita.

Beda dengan gula aren. Kalau gula aren, walaupun rasanya manis, tetapi manisnya pas di lidah dan malah baik untuk kesehatan.


Meskipun begitu adanya, bukan berarti manisnya gula aren selalu lebih baik daripada manisnya harapan pendidikan di era Merdeka Belajar. Ada titik temu yang bisa kita ramu, yaitu tentang bagaimana keseriusan dan kerja keras untuk mendapatkan manis yang pas.

Gula aren yang manis dan penuh manfaat selalu diolah dengan kerja keras. Dari mulai menggoyang-goyang kembang aren, menanti kembangnya mekar, menyadap air nira, memasak air selama 6-8 jam, hingga mencetak gula semuanya butuh proses dan sebaskom keringat.

Begitu pula pendidikan kita yang seharusnya. Untuk mencapai manisnya kemerdekaan belajar, seluruh "oknum" pendidikan perlu membuktikan keseriusan dan komitmennya. Bukan hanya sekadar janji, tapi juga sebaskom keringat dan keterbukaan hati.

Lebih lanjut, dalam membuktikan keseriusan dan komitmen terhadap pendidikan, para pejabat tinggi tidak cukup hanya mengumbar janji serta harapan dari balik jendela ruang kerja.

Ada baiknya sesekali olahraga ke lapangan --agar tidak diabetes karena kemanisan harapan--- agar nanti kemajuan pendidikan bisa dicapai dengan langkah-langkah yang tepat sasaran. Setelahnya, barulah kita bisa menikmati manisnya pendidikan. manisnya pas, dan tidak mengecewakan.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun