Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Harapan Merdeka Belajar ala Mas Nadiem Lebih "Manis" dari Gula Aren

27 Juli 2020   21:36 Diperbarui: 27 Juli 2020   22:53 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hadapan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Mas Nadiem menyampaikan 11 target yang menjadi fokus utama Kemendikbud, antara lain:

  • Peningkatan Skor PISA untuk Literasi sebesar 451, Numerasi sebesar 407, dan Sains sebesar 414.
  • Jumlah Sekolah Penggerak mencapai 30 ribu.
  • Angka Partisipasi Kasar untuk prasekolah sebesar 85%, SD hingga SMA mencapai 100%.
  • Jumlah guru yang lulus program PPG baru mencapai 400 ribu.
  • Jumlah Guru Penggerak mencapai 300 ribu.
  • Jumlah Kepala Sekolah yang diangkat dari latar belakang Guru Penggerak mencapai 150 ribu.
  • Peningkatan Anggaran Pendidikan yang ditransfer langsung ke sekolah mencapai 45%.
  • Peningkatan Kontribusi sektor swasta untuk sektor pendidikan dalam persentase Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 1,6%.
  • Peningkatan Angka Partisipasi Kasar pendidikan tinggi hingga mencapai 50%.
  • Jumlah lulusan yang mendapatkan pekerjaan sebanyak 85% untuk SMK dan pendidikan tinggi vokasi.
  • Jumlah pengajar yang memiliki pengalaman atau sertifikasi industri mencapai 85% untuk SMK dan pendidikan tinggi vokasi.

Sungguh rimbun harapan Mas Nadiem demi mencerahkan wajah pendidikan Indonesia tercinta. Karena kerimbunan ini, apakah kita tidak takut jika nanti harapannya akan rontok?

Kenyataan pertama, kita selalu punya mimpi yang rimbun untuk kemajuan pendidikan, terutama untuk menjaga persaingan dengan negara-negara tetangga.

Tapi kenyataan kedua, negeri ini juga ditimpa banyak masalah sehingga sikap "menabur harapan yang terlalu rimbun" akan menerbitkan kekecewaan.

Harapan Merdeka Belajar ala Mas Nadiem Lebih "Manis" dari Gula Aren

Kiranya, tidak benar bahwa permasalahan-permasalahan bidang pendidikan yang sedang kita hadapi hari ini disebabkan oleh pandemi. Tapi, tidak salah pula bahwa hadirnya pandemi ikut menelurkan berbagai kisruh dalam dunia pendidikan.

Sebut saja PPDB, PJJ, fasilitas layanan pendidikan, tugas-tugas anak yang dinilai "maha berat" hingga kebosanan belajar di rumah. Permasalahan ini bukanlah hal yang bisa dikatakan sepele, apalagi jika hanya ditatap sebelah mata.


Kita ambil saja masalah yang sederhana tapi sesungguhnya sangat berat dan krusial. PJJ, alias Pembelajaran Jarak Jauh, baik secara daring, luring, maupun kombinasi.

PJJ, jangankan mau menyoal tentang bagaimana sistem dan tata cara kegiatan belajar, mendengar ucapan PJJ saja para pelaku pendidikan di setiap penjuru negeri sudah serasa diserang gempa. Berarti, sinyal publik terhadap pendidikan sangat kuat, kan?

Sama seperti dampak yang ditimbulkan oleh gempa, masing-masing stakeholder pendidikan merespon cepat setelah mendengar PJJ.

Guru-guru yang semula gagap, kini mulai akrab dengan teknologi. Anak-anak yang selama ini belum diperbolehkan main Smartphone, sekarang sudah dibelikan oleh Emaknya. Dan, ketika masing-masing dari mereka sedang berjuang, PJJ pun tetap berjalan.

Akhirnya, Mas Nadiem pun dianggap telah membaca "peta buta" pendidikan. PJJ belum mampu mengatasi serta memayungi seluruh anak-anak bangsa agar tetap mendapat layanan pendidikan.

Dari sini, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda pun ikut menuangkan solusi sederhana, namun juga krusial. Beliau mengatakan, seharusnya Mas Nadiem membuat peta kebutuhan PJJ secara rinci.

"Berapa sih anak sekolah Indonesia yang ada 72 juta orang itu, tidak punya ponsel? Berapa anak punya ponsel pintar tapi enggak punya kuota? Berapa sekolah yang tidak sanggup melaksanakan PJJ? Dan seterusnya," ujar Syaiful dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (26/7).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun