Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jadi Pemuda itu Jatuh Sekali, Harus Bangun Berkali-kali

29 Oktober 2019   05:10 Diperbarui: 29 Oktober 2019   23:51 4705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terjatuh dan terjebak dalam masalah. (Sumber: Emaksuper.com)

Masalah-masalah sederhana dalam kehidupan pemuda biasanya berawal dari perilaku indisipliner yang selalu bertumbuh. Mirisnya, masalah sederhana ini terus membesar tanpa mau mereka selesaikan dengan segera. Misalnya seperti kebiasaan bangun pagi, datang sekolah/kuliah dan buat tugas tepat waktu, dan persoalan-persoalan sejenis.

Jikapun masalah yang mereka hadapi mulai bertambah berat, kebanyakan pemuda malah menghadapinya dengan menunjukkan perilaku inkonsisten alias plin-plan. Katakanlah seperti adu argumen saat rapat organisasi, usulan yang tidak diterima saat berdiskusi, hingga kehadiran mantan yang pernah mengecewakan di dalam organisasi.

Karena hal-hal ini, banyak pemuda yang urung untuk bertahan lama di dalam organisasi tersebut. Entah apa yang merasuki pendirian mereka, hingga tiang-tiang prinsip para pemuda sangat mudah untuk dirobohkan.

Secepatnya, kedisiplinan dan kegigihan harus segera bertumbuh di dalam jiwa para pemuda demi terciptanya perubahan perilaku yang nyata.

Takut Menghadapi Masalah

Selain itu, sosok masalah yang sudah tersugesti sulit di awal dan menimbulkan beribu kecemasan seringkali menjadi alasan para pemuda untuk sulit bangun dari kejatuhan. Karena sugesti negatif ini, mereka sudah keduluan takut sebelum mau mencoba menghadapi masalah tersebut.

Ibaratkan memetik buah durian, mereka sudah terlebih dahulu cemas dengan duri tanpa mau mencicipi durian tersebut. Padahal, jika saja mereka mau sedikit "jatuh" bahkan berkali-kali, maka mereka bisa merasakan nikmatnya makan durian.

Namun yang terjadi adalah, setiap mereka bertemu dengan durian setiap itu pula mereka menghindar. Padahal durian itu lezat loh. Ya, walau tidak semua orang suka makan durian. Hehe

Begitu kiranya keadaan nyata dikalangan pemuda saat ini. Wajar saja jika dikatakan bahwa para pemuda kurang kreativitas, kurang mental, dan sempat tersebut generasi micin. Terang saja, mereka yang mendapat gelar-gelar negatif seperti ini sudah terlebih dahulu kalah tanpa mau mengkhayal nikmat terindah di ujung jalan.

Memang tidak semua pemuda demikian. Namun dengan mulai menjalarnya era digitalisasi di hari ini dan kedepannya, merambat pula prinsip-prinsip yang salah dan cenderung merupakan perwujudan takut menghadapi masalah.

Misalnya, prinsip "jika orang lain bisa, kenapa aku tidak bisa!", sekarang malah berganti menjadi  "jika ada orang lain, kenapa harus aku!"
kalau seperti ini kapan majunya?

Mudah Menyerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun