Bayangkan misalnya disaat kita aktif di semua akun itu dan kita mati. Tidak ada seorangpun yang tahu sandi akun kita kecuali Google System. Berarti, mati juga ilmu kita karena sudah tidak di upgrade dan di update lagi. Uniknya, Google System mana tahu kita sudah mati meskipun banyak snap dan story berduka.
Atau kita bandingkan dengan perihal yang lebih sederhana. Misalnya, kita punya buku elektronik banyak, semuanya ada di laptop, dan kita ingin membacanya. Tiba-tiba PLN iseng dan bikin heboh galaksi dengan mematikan listrik sampai ke penjuru negeri. Akhirnya, matilah kesempatan kita membaca buku. Sama halnya jika kita punya banyak buku elektronik di Google Drive, kemudian kita berada di daerah X non-sinyal, matilah kesempatan membaca kita.
Lain hal dengan buku yang katanya "tradisional", "konvensional", hingga ketinggalan zaman tadi. Mau dalam kondisi mati lampu, tak ada sinyal, bahkan kondisi perang sekalipun, kita tetap bisa menambah keilmuan kita dengan membaca buku. Karena buku tetap hidup.
Kita bisa mengenal Tuhan dari firman-Nya dalam buku berupa kitab. Kita bisa mengenal ilmuan lewat penemuan dan karya berupa tulisan dan buku. Kita bisa mengenal tokohpun dari catatan sejarah berupa buku.
Buku tidak akan punah layaknya era dinosaurus maupun manusia purba. Buku tetap akan bertahan selamanya, meski teknologi kian maju bersama peliknya hoaxs. Dengan demikian, setiap dari kita tetap perlu punya buku dan mencintai buku.
Salam, Semoga Memotivasi.
