Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Adat Melaot Aceh Ditinjau dari Perspektif Psikologi

28 Desember 2018   01:53 Diperbarui: 28 Desember 2018   02:17 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan kenduri laot sekarang dilakukan secara besar besaran dengan menggabungkan semua lhok atau kecamatan yang ada dalam satu Kabupaten dengan dihadiri oleh masyarakat, pejabat sipil dan militer. 

Tahapan pelaksanaan kenduri laot dimulai dengan tahap persiapan, dalam tahap ini dipersiapkan antara lain hidangan makanan yang diperuntukkan untuk tamu-tamu dan juga warga masyarakat yang mengikuti upacara. 

Hidangan mewahpun digelar menurut ukuran adat Aceh. Hal ini dapat dilihat dari kenyataannya, bahwa selalu disembelih seekor kerbau atau lebih. Selain itu, juga dipersiapkan perlengkapan peusijuek sebagai prosesi utama pelaksanaan upacara kenduri laot dan juga perahu sebagai pengangkut hidangan yang akan dibawa ke laut. 

Setelah berbagai keperluan yang digunakan untuk prosesi upacara tersedia, maka tahap berikutnya yaitu pelaksanaan upacara. Dalam pelaksanaannya, upacara kenduri laot memiliki perbedaan pada daerah yang melaksanakannya baik mengenai waktu ataupun ritual di dalamnya, namun pada intinya mereka melakukan hal yang sama. Tahap ini dimulai pada pagi hari atau setelah shalat subuh selesai dilakukan. 

Peserta pertama yang hadir adalah peserta tadarus yang membaca ayat suci Al-Qur'an. Setelah itu, panglima laot mulai memandikan kerbau yang akan disembelih, setelah selesai dimandikan kerbau tersebut di- peusijuek oleh panglima laot yang diikuti oleh Teungku/ imum dan tokoh masyarakat.  

Pada dasarnya penyelenggaraan kenduri laot bertujuan untuk keselamatan para Nelayan dalam melakukan pekerjaannya dan juga merupakan bentuk rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan Rahmat-Nya. 

Pada upacara tersebut diadakan jamuan bersama dan pembacaan doa menurut agama Islam. Terdapat suatu hal yang unik dapat dilihat pada pelaksanaan kenduri laot dimana kepala kerbau isi dalam dan tulang belulang dibungkus dengan kulit kerbau sembelihan kemudian dibawa dengan perahu dengan bendera berwarna merah yang kemudian ditenggelamkan ke laut dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari pantai. 

Setelah bungkusan kulit kerbau yang isinya tulang belulang dan isi dalam kerbau yang disembelih tersebut tenggelam, maka bendera merah akan diganti dengan bendera warna putih yang sekaligus bertujuan untuk  mengisyaratkan para undangan di darat bahwa mereka  sudah dapat mulai menyantap hidangan yang disediakan. 

Sebelum mulai memakan hidangan yang telah disediakan, akan didahului oleh like (Dzikir), membacakan seulaweut nabi atau khatam ayat-ayat suci Al-Quran oleh para Teungku atau leube yang hadir (Daud, 2014).


Kegiatan kenduri laot ini sering dianggap sebagai pemberian sesajen kepada penghuni laut yang pada umumnya dikaitkan dengan pengaruh agama Hindu. Namun pada hakikatnya para nelayan memiliki kepercayaan bahwa bungkusan tulang belulang akan menjadi rumah ikan. 

Selama tujuh hari setelah kenduri, disekitar tulang belulang yang ditenggelamkan siapapun tidak diperbolehkan untuk menangkap ikan karena lokasi tersebut merupakan tempat untuk ikan-ikan bermain di lhok, bertelur dan menetaskan telurnya (Daud, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun