Mohon tunggu...
Thoriq Ziyad
Thoriq Ziyad Mohon Tunggu... -

Mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nderes

8 Desember 2013   23:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalau ada satu kata yang paling sakral di keluarga kami, mungkin “nderes” adalah jawabannya. Tidak pernah ada yang menghitung berapa frekuensi kata tersebut muncul dalam satu hari. tapi, saya jamin nasehat itu yang paling sering diucapkan oleh ibuku baik kepadaku, maupun kakak-kakakku. Nderes disini mempunyai arti mengaji Al-Qur’an, yang mana kata nderes lebih familiar di keluargaku yang memang tinggal di sekitar pesantren.

“Mi, besok aku sama oyek mau ikut acara bedah buku di UNY, boleh tidak?” pinta kakakku.

“Gak usah, nderes saja di rumah” jawab Ibuku.

Atau, “Mi, aku tak maen sama mas Sabiq ya?” kataku.

“Nderes dulu, nanti baru main sama mas Sabiq” timpal ibuku.

Konteksnya pun bervariasi tergantung apa yang sedang kulakukan di rumah. Seperti, “Daripada begadang cuma nonton sepakbola, lebih baik nderes”, atau “daripada nyetel lagu-lagu pop kaya gitu, mending dipake buat nyetel murottal saja”, dan “Kalau di rumah gak ngapa-ngapain, cuma nganggur, mending kamu balik ke pondok saja supaya gak males nderes”.

Sebegitu sakralnya nderes, aku jarang mendengar ibuku menyuruhku belajar daripada menyuruhku nderes. Waktu sedang persiapan tes SBMPTN pun dimana aku sedang giat-giatnya belajar, sesekali ibuku mengirim sms ke nomer handphoneku “Kalau belajar, diselingi nderes juga ya, biar hafalannya gak lupa”. Ibuku bahkan lebih senang memberi hadiah ketika melihat anaknya sukses dalam mengaji daripada sukses dalam bidang lainnya.

Mungkin sebagai anak seringkali kita bosan mendengar nasehat yang sama, itupun terjadi bertahun-tahun. Tapi bukan orang tua namanya jika ujung-ujungnya tidak bermuara pada kebaikan, terbukti setelah itu aku dan kakak-kakakku “sedikit” berhasil dalam upayanya dalam “nderes”. Keenamnya, termasuk saya menjadi seorang penghafal qur’an, meskipun belum bisa dikatakan handal. Tapi dengan sedikit catatan, bahwa ibu saya adalah seorang janda sejak sembilan belas tahun yang lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun