Bulan berpijar, malam pun sunyi
Di gedung megah, lampu berpesta tak henti
Meja penuh hidangan, tawa menggelegar
Di luar jendela, suara rintihan sayup terdengar
Kepada tuan dan puan, yang duduk di singgasana
Mata kami menatap, penuh harap, penuh makna
Janji-janji terucap, laksana madu di bibir
Tentang masa depan cerah, takkan pernah berakhir
Tuan, puan, ingatlah, suara kami yang memilih
Bukan sekadar angka, namun hati yang merintih
Kami titipkan asa, untuk sebuah perubahan
Jangan biarkan hilang, dalam kubangan keangkuhan
Ketika gedung megah menjadi saksi bisu
Tentang perdebatan tanpa arah, tanpa pilu
Kami di luar sana, berjuang dengan peluh
Mencari sesuap nasi, dalam hidup yang rapuh
Dengar, tuan, puan, jeritan para petani
Ketika harga panen jatuh, tak berharga lagi
Lihat, tuan, puan, mata para buruh yang lelah
Di balik mesin yang bising, mereka tak kenal pasrah
Jeritan ini bukan caci maki, bukan amarah
Hanya sebuah pengingat, agar hati tak goyah
Tanggung jawabmu berat, lebih dari emas dan permata
Di pundakmu, ada nasib bangsa, ada air mata
Maka, bekerjalah dengan tulus, wahai wakil rakyat
Demi Indonesia, yang bermartabat dan hebat
Jangan kau khianati, kepercayaan yang suci
Agar kelak, namamu harum, dikenang abadi
Tuan, puan, dalam gelak tawa yang riuh
Apakah terdengar suara tangis yang jatuh?
Derita rakyat yang kau injak, kau sepelekan
Bagai debu di sepatu, tak pernah kau pedulikan
Kau bangun istana di atas gubuk yang runtuh
Kau petik bunga di taman yang kering dan layu
Katamu, kau wakil rakyat, kau pelindung kami
Namun kenyataan, kau malah menusuk dari belakang
Ingatlah, tuan, puan, roda pasti berputar
Tawa hari ini, esok bisa jadi tangisan yang pudar
Kekayaan yang kau tumpuk, takkan kau bawa mati
Hanya dosa yang abadi, melekat di hati
Kelak, ketika kau berdiri di hadapan Tuhan
Apakah kau bisa menanggung beban yang tak terperikan?
Dosa atas derita, atas tangisan yang kau abaikan
Atas janji-janji palsu, yang kau tebarkan
Maka, berhentilah, wahai para wakil rakyat
Nikmatilah hidupmu, selagi masih ada waktu
Karena ketika karma datang, ia takkan menunggu
Dan kau akan merasakan, betapa pedihnya rindu.
Makale, Tana Toraja, 25 September 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI