Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Untukmu Wakil Rakyat

25 September 2025   19:55 Diperbarui: 25 September 2025   20:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membacakan puisi berjudul Untukmu Wakil Rakyat dalam webinar yang diselenggarakan oleh Pena TV, 25/09/2025 (Sumber: Dokumentasi Pribadi/Zoom)

Bulan berpijar, malam pun sunyi

Di gedung megah, lampu berpesta tak henti

Meja penuh hidangan, tawa menggelegar

Di luar jendela, suara rintihan sayup terdengar

Kepada tuan dan puan, yang duduk di singgasana

Mata kami menatap, penuh harap, penuh makna

Janji-janji terucap, laksana madu di bibir

Tentang masa depan cerah, takkan pernah berakhir

Tuan, puan, ingatlah, suara kami yang memilih

Bukan sekadar angka, namun hati yang merintih

Kami titipkan asa, untuk sebuah perubahan

Jangan biarkan hilang, dalam kubangan keangkuhan

Ketika gedung megah menjadi saksi bisu

Tentang perdebatan tanpa arah, tanpa pilu

Kami di luar sana, berjuang dengan peluh

Mencari sesuap nasi, dalam hidup yang rapuh

Dengar, tuan, puan, jeritan para petani

Ketika harga panen jatuh, tak berharga lagi

Lihat, tuan, puan, mata para buruh yang lelah

Di balik mesin yang bising, mereka tak kenal pasrah

Jeritan ini bukan caci maki, bukan amarah

Hanya sebuah pengingat, agar hati tak goyah

Tanggung jawabmu berat, lebih dari emas dan permata

Di pundakmu, ada nasib bangsa, ada air mata

Maka, bekerjalah dengan tulus, wahai wakil rakyat

Demi Indonesia, yang bermartabat dan hebat

Jangan kau khianati, kepercayaan yang suci

Agar kelak, namamu harum, dikenang abadi

Tuan, puan, dalam gelak tawa yang riuh

Apakah terdengar suara tangis yang jatuh?

Derita rakyat yang kau injak, kau sepelekan

Bagai debu di sepatu, tak pernah kau pedulikan

Kau bangun istana di atas gubuk yang runtuh

Kau petik bunga di taman yang kering dan layu

Katamu, kau wakil rakyat, kau pelindung kami

Namun kenyataan, kau malah menusuk dari belakang

Ingatlah, tuan, puan, roda pasti berputar

Tawa hari ini, esok bisa jadi tangisan yang pudar

Kekayaan yang kau tumpuk, takkan kau bawa mati

Hanya dosa yang abadi, melekat di hati

Kelak, ketika kau berdiri di hadapan Tuhan

Apakah kau bisa menanggung beban yang tak terperikan?

Dosa atas derita, atas tangisan yang kau abaikan

Atas janji-janji palsu, yang kau tebarkan

Maka, berhentilah, wahai para wakil rakyat

Nikmatilah hidupmu, selagi masih ada waktu

Karena ketika karma datang, ia takkan menunggu

Dan kau akan merasakan, betapa pedihnya rindu.

Makale, Tana Toraja, 25 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun