Menjelang tanggal 17 Agustus 2025, pemandangan semarak bendera Merah Putih menjadi identitas khas di setiap sudut Indonesia, dari perkotaan hingga pelosok desa. Kabupaten Tana Toraja sangat sibuk  bersama warganya dengan pemasangan bendera dan simbol-simbol Merah Putih lainnya.
Fenomena ini bukan hanya sekadar hiasan, melainkan sebuah manifestasi nasionalisme yang hidup dan berdenyut di tengah masyarakat.
Tradisi gotong royong di desa dan pelosok masih bertahan. Di daerah pedesaan, pemasangan bendera Merah Putih sering kali dilakukan secara gotong royong. Warga berbondong-bondong membersihkan lingkungan, mengecat pagar, dan memasang umbul-umbul serta bendera.Â
Tiang-tiang bambu yang dicat merah putih didirikan di depan setiap rumah, di pinggir jalan, bahkan di tengah sawah. Hal ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang masih kental, di mana perayaan kemerdekaan menjadi milik semua, tanpa terkecuali.
Bagi masyarakat di daerah terpencil atau perbatasan, pengibaran bendera Merah Putih memiliki makna yang jauh lebih dalam. Di wilayah-wilayah ini, bendera menjadi simbol kehadiran negara.Â
Guru dan pegawai di lingkup Provinsi Sulawesi Selatan bahkan mengumpulkan bendera, 1 orang 1 bendera untuk dibagikan ke berbagai wilayah pelosok dan pesisir yang kesulitan mendapatkan bendera Merah Putih.
Mengibarkan bendera dengan bangga di garis perbatasan, di puncak gunung, atau di pulau-pulau terluar adalah bentuk penegasan kedaulatan dan rasa memiliki terhadap Tanah Air.Â
Bendera menjadi bukti nyata bahwa semangat kemerdekaan menjangkau setiap jengkal wilayah Indonesia, tanpa terkecuali.
Selain pengibaran bendera, semarak kemerdekaan juga diwarnai dengan berbagai lomba. Meskipun terlihat sederhana, lomba-lomba seperti panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, tangkap belut, dll lsebenarnya menyimpan nilai-nilai luhur.
Tradisi Panjat Pinang adalah yang ditunggu warga di pelosok. Ini menggambarkan perjuangan dan kerja sama tim untuk mencapai tujuan bersama.