Rabu Abu adalah awal dari masa Pra-Paskah. Tahun 2o25 sedikit unik karena ibadah Rabu Abu berlangsung di masa bulan Ramadan atau bulan Puasa bagi umat Muslim.Â
Bagi umat Katolik, Ibadah Rabu Abu sudah sejak lama menjadi tradisi mengawali masa Pra-Paskah. Umat Katolik di Tana Toraja mengadakan ibadah ini pada Rabu pagi.
Sementara umat Kristiani Toraja juga mulai melakukan Ibadah Rabu Abu. Secara khusus umat Kristiani di bawah naungan gereja lokal, Gereja Toraja.Â
Secara serentak, semua warga Gereja Toraja mengikuti Ibadah Rabu Abu yang dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Maret 2025. Pelaksanaan ibadah berlangsung pada petang hingga malam hari.Â
Melalui Rabu Abu, jemaat diundang menghidupi pertobatan yang dinyatakan dalam tindakan berpuasa, penyangkalan diri, dan pengakuan dosa. Lewat Rabu Abu pula, spiritulitas warga Gereja Toraja dibentuk untuk menghayati sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.Â
Momen Rabu Abu akan bermuara pada Paskah yang dimaknai sebagai kebangkitan Kristus. Di sini, jemaat diajak pula untuk mampu memahami manusia dan kefanaannya, inisiatif Allah dalam pendamaian dan respon manusia atas pendamaian Allah.Â
Ibadah Rabu abu ditandai dengan prosesi Penorehan Debu Tanah. Makna sederhana dari penorehan debu tanah ini adalah manusia berasal dari debu tanah dan akan kembali ke debu tanah. Umat Kristiani suatu saat nanti akan tiada dan kembali ke tanah sebagaimana adanya dan sudah dinubuatkan dalam Alkitab.Â
Sebagaimana diketahui umat Kristiani bahwa dalam kisah penciptaan, manusia tercipta dari debu tanah. Terlepas dari arti sederhana sebagai materi, debu tanah juga dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat fana.Â
Maksud dari kata fana adalah tidak ada kekekalan dalam diri manusia. Kekekalan hanya ada dalam pribadi Allah.Â
Dengan demikian, manusia dengan segala keadaannya hanya bersifat sementara dan suatu saat akan berakhir. Inilah yang disebut dari debu dan kembali ke debu.Â