Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Ma'kombong dan Tantangannya Bagi Warga Kampung Kaluku di Kabupaten Tana Toraja

26 Februari 2025   09:24 Diperbarui: 27 Februari 2025   17:00 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten Tana Toraja memiliki beragam kearifan lokal yang berbeda-beda di setiap kampung. Satu suku, yakni suku Toraja tetapi majemuk dalam hal penerapan adat-istiadat dan pola hidup sehari-hari. Dari wilayah paling selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Enrekang, kebiasaan hidup warga berbeda dengan warga di wilayah paling utara.

Praktik kebiasaan-kebiasaan di dalam masyarakat Tana Toraja ini selalu menarik perhatian saya. Salah satunya yang masih berlangsung di kampung Kaluku, Kelurahan Salubarani, Kecamatan Gandangbatu Sillanan. Kampung yang didominasi warga Muslim ini masih mempertahankan salah satu kearifan lokal mereka. Ma'kombong atau sistem gotong royong dalam pekerjaan masih mereka lakukan hingga hari ini. 

Masa kecil saya pun banyak dihabiskan di kampung Kaluku, tepatnya ketika duduk di bangku SD. Kampung ini memang masih menyediakan lahan persawahan yang luas. Hanya sedikit swah yang berubah menjadi kebun cengkeh, vanili dan tergantikan dengan perumahan. 

Tradisi ma'kombong sudah saya alami langsung sejak 35 tahun yang lalu. Ma'kombong yang paling umum terjadi ketika masa tanam padi. Puluhan warga Kaluku akan bahu-membahu saling membantu tetangga yang akan menanam padi. 

Ya, boleh jadi ma'kombong ini telah menjadi bagian atomic habits di kampung Kaluku di tengah modernisasi. Di saat teknologi mulai merambah persawahan, warga Kaluku teap setia dengan pola bercocok tanam tradisional. Teknologi hanya masuk saat pembersihan sawah melalui penggunaan traktir tangan. 

Proses tanam padi tradisional masih dipertahankan di kampung Kaluku. (Sumber: Ahma Alexander)
Proses tanam padi tradisional masih dipertahankan di kampung Kaluku. (Sumber: Ahma Alexander)

Curah hujan yang cenderung melimpah di awal tahun 2025 menjadi waktu yang ideal bagi warga Kaluku untuk menanam padi. Sawah-sawah tadah hujan pun merespon dengan ketersediaan air. 

Puluhan warga ma'kombong pada salah satu kompleks persawahan di bagian utara kampung Kaluku. Warga mulai bekerja sejak pagi, mencabut bibit, menarik garis untuk tanam bibit hingga proses tanam. Kegiatan berlangsung sehari penuh. Jika tidak selesai akan disambung keesokan harinya.

Kenikmatan ma'kombong tanam padi di kampung Kaluku adalah pada sesi kopi dan makan siang. Meskipun menu yang disajikan sederhana saja, tetapi kenikmatannya luar biasa. Makan di sekitar pondok sawahn yang mungil atau di bawah pepeohonan rindang ditemani tiupan angin sepoi-sepoi dan canda tawa yang renyah adalah pengalaman kekerabatan yang tak tergantikan. 

Hanya saja, terdapat tantangan besar ke depan terkait ma'kombong di Kampung Kaluku. Tantangan itu berupa minimnya kesediaan generasi muda untuk turun ke sawah. Mereka yang bertahan adalah para orang tua dan kelompok dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun