Naiknya harga beras dalam beberapa waktu belakangan ini banyak membuat was-was masyarakat. Beras kategori standar/biasa, harganya sudah menyentuh Rp 16.000 hingga Rp 18.000, padahal biasanya dijual di kisaran harga Rp 12.000-Rp 13.000. Ini adalah kondisi harga beras di daerah saya, Tana Toraja.Â
Merespon tingginya harga beras, pemda Tana Toraja melakukan operasi pasar beras murah yang diadakan di Perpustakaan Daerah pada hari Kamis, 22 Februari 2024.Â
Harga 5 kg beras Bulog adalah Rp 55.000. Beras murah dari pemda ini tidak hanya menjadi incaran masyrakat umum, tetapi terpantau juga banyak PNS/ASN yang mengantri untuk membelinya.Â
Sebenarnya, harga beras yang makin mahal dan boleh dikatakan sering tersendat kehadirannya di pasar tidak terlalu menjadi persoalan bagi masyarakat Tana Toraja.Â
Asupan karbohidrat klasik warga Toraja selama ini adalah jagung. Adapun beras, bukanlah beras pada umumnya. Orang Toraja memiliki padi khusus yang disebut pare kutu'.Â
Jenis padi ini hanya sekali dipanen dalam setahun. Memiliki ciri khas bulir padi berbulu, batang padi yang tinggi dan dipanen bukan menggunakan sabit, melainkan alat petik khusus yang disebut rangkapan. Hasil panen padi diikat seukuran satu kepalan orang dewasa.Â
Kembali ke sumber karbohidrat selain beras. Sebagai contoh, jagung telah menjadi sumber karbohidrat bagi warga di kecamatan Simbuang, Mappak, Bonggakaradeng, Rano, dan Gandangbatu Sillanan.
Khusus di Simbuang, jagung adalah sumber pangan utama penyuplai karbohidrat sejak dulu. Sehingga tidak mengherankan, setiap tahun, beras jagung banyak dicari dan cenderung naik harganya.Â
Setiap tahun pula, warga Simbuang rutin membuka lahan untuk menanam jagung. Berdasarkan pengamatan saya, ada waktu tertentu di musim kemarau, warga Simbuang akan ramai-ramai membuka lahan bercocok tanam jagung.Â
Sistim ladangnya mencontek ladang berpindah-pindah. Sabana atau hutan pinus yang tidak produktif dibakar lalu ditanami jagung.Â