Dewasa ini, kegiatan makan sedikit demi sedikit mulai mengalami dampak perubahan zaman. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi turut berdampak pada gaya makan masyarakat. Apalagi ditunjang oleh teknologi digital, di mana semua acara makan bisa terekspos dan tersebar ke seluruh jagad maya dalam waktu yang singkat.
Makan bagi remaja masa kini sudah tidak pada seni menikmati makanan itu sendiri. Pola makan cenderung tak memperhatikan manfaat dari makanan yang ditelan. Mengapa demikian? Karena mereka makan tapi sebenarnya perhatian mereka bukan pada makanan. Lihat saja, aksi makan para remaja dan bahkan mendasar usia dewasa. Makan lebih dipakai sebagai aksi eksistensi diri. Sebelum makan, ada prosesi swafoto.
Jika pun bukan swafoto, maka aksinya adalah melakukan aksi vlog atau siaran langsung lewat platform media sosial seperti live Facebook, Tik Tok dan Instagram.
Bukankah kegiatan-kegiatan tersebut justru membuat nutrisi makanan tidak memberi manfaat ke tubuh? Kenyang. Iya. Akan tetapi sebenarnya hanya kenyang saja. Manfaat makanan berkurang karena pikiran dan niat tidak ada pada makanan.Â
Kita makan karena kita butuh asupan energi. Terlepas dari kebutuhan makan karena memang lapar.Â
Makan gaya milenial mungkin sedikit banyak melanggar tata krama pola hidup ketimuran Indonesia. Makan sambil dengerin musik, nonton film, nonton bola, main game atau sambil jalan-jalan. Makanan seperti menjadi pemanis aktifitas saja. Tidakkah tubuh kita komplain karena pikiran kita tidak tertuju pada makanan itu.
Tindakan berikutnya adalah makan sambil nonton TV atau komputer dan handphone. Biasanya anak-anak lebih banyak menjadi pelaku makan sambil nonton. Maka terjadilah berat badan berlebih pada anak karena tak mampu mengontrol porsi makan. Mirip-mirip dengan ngemil. Mulut terus mengunyah tapi tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi untuk tubuh.
Makan tidak terkontrol pun sebenarnya kegiatan yang tidak memaknai aksi makan. Misalnya pada pesta untuk acara tertentu.aksi bakar-bakar ikan disertai minum minuman beralkohol. Semakin lama durasi makannya maka akan makin bertambah pula volume alkohol yang masuk ke tubuh. Pada akhirnya tubuh juga yang mendapatkan dampak negatif.
Lalu, di mana mindful eating? Bagi kami warga asli Toraja, terdapat satu kegiatan yang masih terpelihara hingga kini yang sebenarnya telah menjadi aksi mindful eating. Makan bersama masih menjadi kebiasaan yang boleh dikatakan sebagai tradisi.Â