Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pesan untuk Mahasiswa Menulis Skripsi (Tragedi Mahasiswa Bunuh Diri)

11 Oktober 2021   10:44 Diperbarui: 11 Oktober 2021   10:48 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siap
Sejak mahasiswa digembleng oleh Pak Chan dan Mak Mok. Menulis satu halaman kuarto satu setengah spasi menggunakan komputer bermerek Garuda atau Wearnes itu membuat perasaan jedak jeduk. Kalau cuma dikatoi goblok mah biasa, padahal sudah diberi fasilitas komputer dan kertas, majalah, koran lokal dan nasional. Ada gorengan, roti kering dan juga makan siang, kadang ada model dan pempek kapal selam. Jadi wajar kalau guru-guru aku kadang emosi karena gemes dengan otak yang tidak sinkron antara apa yang diomongkan dan yang ditulis.

Mak Mok sendiri pernah meminjamkan notebook yang ada trackball di samping kanan sebelum mouse mendunia karena gagal berkali-kali menulis maksimal tiga halaman mulai dari pendahuluan sampai perumusan masalah. Jadi ketika mahasiswa lain masih celetak celetok menulis pakai mesin ketik, aku sudah pakai notebook dan disket.

Beruntung karena aku suka dan mau belajar serta tidak malu untuk membantu menyapu, membersihkan meja serta membeli nasi bungkus. Apa perintah siap!  Begadang ayo.

Setiap Jumat pagi di ruang perpustakaan, tulisan dosen muda dan mahasiswa dibantai sesuai dengan kadarnya. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, aku menikmati pembantaian oleh dosen-dosen yang kebetulan tidak ada dosen dari fakultasku. Topiknya mulai dari teori sampai kejadian yang ada di masyarakat. Terkadang juga membantu membaca data SPSS dan  mencari teorinya.

Setelah dibantai, diperbaiki dan selalu diberi kesempatan untuk sarapan kue terlebih dahulu dibandingkan dosen muda. Itu adalah kenikmatan tersendiri. Almarhum guru aku juga pernah bilang, kalau dia mengeluarkan makanan, membeli makanan, dihidangkan harus habis. Bawa pulang kalau masih sisa. Anak kos paling suka ini.

Entah sekarang, masih adakah dosen yang rela membaca tulisan mahasiswanya dan menghidangkan makanan kalau berdiskusi? Semoga masih ada. Amiiin.

Bersyukur dan beruntung akhirnya menulis pernah menjadi sumber kehidupan. Sekarang menulis untuk dinikmati. Dapat Gopay dari Kompasiana bersyukur. Tidak dapat, juga bersyukur untuk menuangkan rindu.

Jujur
Kaki kupu-kupu (KKP) waktu ambil S2 dan S3 juga jungkir balik membaca jurnal dan juga penelitian-penelitian terdahulu, belum lagi text book. Mulai membaca pukul 11 malam sampai pukul 4 dini hari. Membuat corat coret di buku catatan.

Mulai merangkai tesis, disertasi sore setelah kuliah di bawah pohon beringin. Corat-coret selesai menjelang pukul 18.00. Kalau otak masih ngegass biasanya dilanjut ke Metropole atau pun ke TIM.

Kalau ada yang bilang enak, tinggal belajar saja. Aku cuma pengen teriak. "Arrrrrrrggggghhhh". Kau pikir sulung dan tengah serta bungsu waktu itu boneka. Belum lagi harus cari duit untuk bayar SPP dan kost. Belum susu, vitamin dan makanan tambahan mereka. Ampuuuunnn.

Jalani saja. La yang cari duit kan bukan aku. Wak wak wak. Dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun