Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Belilah Waktu!" Kamu Sehat

10 Oktober 2018   00:08 Diperbarui: 10 Oktober 2018   10:33 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jemari I Foto: OtnasusidE

"Belilah waktu! Kalau kau tak bisa beli waktu itu goblok namanya. Kenapa aku sampai bilang goblok karena waktu itu sangat berharga. Harganya lebih mahal dari emas yang sudah kau kumpulkan, ataupun tabungan dan kumpulan polis asuransi serta rumah," kata istri.

Ada yang ingin kawin bahkan sampai memberi tenggat tahun, bulan dan hari tetapi gagal karena ragu tidak berani mengambil keputusan. Jadinya njomblo terus. Padahal punya potensi beranak pinak dan merengkuh bahagia atau membahagiakan orang lain.

Ada yang terlambat meminta maaf pada anaknya? Ada yang sombong tidak mau meminta maaf pada orang terkasih. Akhirnya terbang ke langit tanpa pernah terucap sepatah katapun.

Ada yang sudah kawin  pengen  ngejomblo  (jadi duda/janda) tapi nggak jadi karena pasangan selingkuhan ternyata nggak mau mengawini. Padahal sudah saling membuka urat malu.

Waktu berjalan terus. Waktu tak bisa dihentikan. Umurmu saja terus bertambah dalam detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun.

"Kamu yang goblok! Waktu tidak bisa dibeli," balas suami.

"Masak  sih  waktu nggak bisa dibeli?," balas istri.

"Coba pikir lagi!,".

"Dulu siapa selalu ada waktu untuk aku. Dulu kapanpun aku butuh, kamu selalu ada," ungkap istri.

"Itu dulu sayang. Jangan pakai dulu. Kalau sudah dulu susah kita bicaranya," bantah suami.

"Sekarang. Waktu itu sekarang. Jangan pakai dulu,".

Menangislah perempuan itu. Sambil ngacak-ngacak rambutnya. Dia sesenggukan di tempat tidur.

"Aku butuh kamu," kata istri sambil menitikkan air mata.

"Ibu mau apa?," kata suami.

 "La sudah, aku sudah di sini di depanmu," jelas suami dengan nada tegas.

"Hadeeewww.  Kok jadi goblok  sih  kamu! Dulu waktu kamu pacaran gimana kamu yang selalu bisa membuatku kangen menunggumu. Aku selalu kangen kamu. Coba buat itu?," kata istri yang sudah mulai histeris.

Untung anak-anak sedang keluar. Kalau nggak, apa nggak lucu ada dua orang yang memasuki paruh baya bertengkar mulut. Wak wak wak.

"Heee.  Sudah nangisnya, malu! Malu  jeee!  Yok  kita ngopi di warung kopi. Aku yang bayarin," kata suami.

"Mandilah. Nanti, aku yang siapin baju sama celana jeans dan sepatu," kata suami sambil melirik tanggalan.

Tepok jidat suami ternyata istri sedang masa subur. Kalau istri lagi masa subur biasanya memang Lagi Syantik plus manja nggak ketulungan.

Usai istrinya mandi. Si suami lalu mengecup jidat istri.

"Sayang kamu," kata suami.

Dah, istri langsung kalem. Langsung mesra. Langsung cantik.

Sambil menyetir mobil, istri terlihat senyam senyum sendiri. Mobil pun diarahkan ke sebuah tempat kue dan kopi di bilangan pusat kota.

Sungguh melihat istri tersenyum. Melihat istri tertawa sambil menyeruput kopinya. Melihat istri fresh. Melihat jari lentiknya main di keyboard dengan lincah. Kalau jari lentiknya main di keyboard  ya  artinya pemasukan untuk keluarga. Ha ha ha.  Duh,  nyamannya hati.

Kalau pikiran dan jiwa nyaman. Hubungan suami istri jelas akan sehat. Kalau perempuan ingin dimengerti jangan dibilang cari perhatian alias caper. Kalau dia stress, anak-anak bisa kesamber kena marah. Apa nggak bahaya. Fatal  toh  jadinya.  Hiiii  serem.

Pulangnya, ketika mendekati rumah, istri yang masih  nyetir  dengan perkasa karena mobil tak pakai  power  steering, iseng suami bertanya, "ngomong-ngomong, waktu kamu suruh aku, beli waktu itu serius,".

Tidak ada jawaban sepatahpun keluar dari mulut istri. Hanya senyum. Dan ketika dia usai memasukkan gigi rendah, tangannya mengelus pahaku. Aku pun senyum.

Mending istri marah terang-terangan dengan suami. Mau caper  nggak masalah, yang penting ada katup penyelamat alias  safety  valve (dikenalkan Sosiolog Lewis Coser ) yaitu sang suami.  Lah,  kalau  nyari  katup penyelamat pada perempuan atau lelaki lain atau suami/istri lain apa nggak bahaya, bisa merusak jiwa dan rumah tangga.

Kalau kesehatan jiwa keluarga saja sudah sehat maka paling tidak sudah ada bapak, ibu dan anak yang jiwanya sehat. Anak-anak yang sehat jiwa akan menjadi generasi emas yang tangguh di masa depan.  Jadi tepatlah kalau Federasi Kesehatan Jiwa Dunia dalam Hari Kesehatan Jiwa Dunia tahun ini fokus pada kampanye Kesehatan Jiwa Generasi Muda dalam Dunia yang  Terus Berubah. 

Selamat Hari Kesehatan Jiwa Dunia 2018 yang jatuh hari ini tanggal 10 Oktober. Sebuah tanggal yang cantik.  

Salam Kompal

kompasiana.com
kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun