Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjual Bakpo yang Saya Kenal

28 April 2018   08:00 Diperbarui: 28 April 2018   09:04 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pulang kampung itu mengurai sejarah hidup seseorang. Saya termasuk tidak sering pulang kampung karena kota asal saya itu panas, gerah. Teman-teman banyak di sekitar DKI maka setiap pulang kampung tidak banyak lagi meeka yang saya kenal.

Suatu waktu di kota asal saya, saya mengamati di depan rumah seorang bapak penjual bakpo lewat. Ia mendorong gerobak kaca yang berisi beberapa lusin bakpo dan di bagian belakang gerobak itu ada tungku penghangat makanan itu. Nama produsen bakpo itu bisa Liong Yen, bisa Yong Yen. Nama Tionghoa dengan belakang "yen". Bakponya berisi ayam cincang atau kacang hitam yang disebut kumbu. Halal.

Saya tidak asing dengan bapak itu. Baru ketika saya hitung waktunya saya menjadi takjub, kagum, campur kasihan. Mungkin dia sudah hampir 40 tahun. Setiap siang jam 10 melewati rumah. Gerobaknya didorong sejauh tiga kilometer ke alun-alun kota, entah dari mana produsennya. Sampai sekarang saya tidak pernah tahu, tidak terlalu ingin tahu. Sore hari atau malam, gerobak itu berada di seberang jalan. Pulang setelah sajiannya habis. 

Perjalanan hidup yang panjang. Rutin berulang-ulang. Buat saya itu absurd. Absurd itu bisa diartikan konyol, menggelikan, tidak-tidak. Tetapi bisa juga diartikan "sulit dipahami." Yang terakhir ini masuk dalam pikiran saya.

Sudah lama saya meninggalkan kota kelahiran. Saya sudah biasa melepaskan diri dari naik sepeda, naik motor. Sampai sekarang saya sudah puluhan tahun tidak naik motor. Boleh dikata saya sudah "terbang." Naik sepeda menjadi gowes.

Kota juga sudah jauh berubah. Dulu deretan pohon mahoni yang indah ada di sepanjang jalan. Semuanya ditebang, tanahnya dijadikan saluran air, jalannya dilebarkan. Gerobak pulang ke desa dulu masih banyak yang lewat. Andong pagi-pagi membawa barang ke pasar. Sore hari andong itu pulang. Beberapa kuda nekat pulang bila hari sudah sore. Lari kencang menggeret kereta, saisnya mencambuk, menarik kekang. Kuda itu tahu juga kapan ia harus pulang dan tidak mau telat pulang.

Pedagang pasar pagi-pagi buta berjalan kaki membawa tenong (tempat barang dari bambu) di punggungnya. Mau kemana, seorang menyapa yang lain. Ke negara, jawabnya maksudnya ke kota, ke pasar besar. Beberapa mengayuh sepeda. Mereka semua memakai kain, tidak seperti sekarang kebanyakan penjual memaakai rok. Di gang seberang depan rumah temboknya berbau pesing. Simbok pedagang itu waktu pulang kadangkala mengangat sarungnya lalu kencing di situ.

Kampung saya sudah berubah. Kota saya panas, padat. Ada beberapa mal. Gerobak hilang. Andong sudah menjadi andong wisata. Sepeda diganti motor.

Tetangga saya ada yang kawin dengan orang Inggris. Kenalan lewat facebook! Teman-tema bapak saya kena stroke. 

Penjual bakpo itu masih saja berjalan ke utara dan pulang ke selatan. Sudah lama sekali jualan bakpo, saya tanya. Saya mencoba yang lain, tapi ini yang paling baik. Ini penghasilan yang menghidupi.  Ia tidak kelihatan banyak berubah. Ia mengenali saya waktu itu masih kecil.

Absurd. Matahari setiap pagi terbit dan sore hari tenggelam. Rutin, biasa dan tidak ada yang istimewa kecuali warna langit kadangkala berubah menjadi indah sehabis hujan. Seseorang menempuh rute yang sama selama berpuluh tahun, melakukan pekerjaan yang sama untuk menghasilkan uang. Bagaimana business model nya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun