Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resume Kristologi Abad Pertengahan hingga Kristologi Kristen Reformasi Abad IX-XX

12 Mei 2021   11:35 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:32 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Schleiermacher, religiositas manusia bukan perkara otak dan pikiran melainkan perkara hati dan perasaan. Titik tolak pikiran Schleiermacher bukanlah Yesus dahulu historis, tetapi sikap dan rasa keagamaan aktual pada umat Kristen. Asal-usul rasa religius itu ialah Yesus dari Nazareth, pengalaman Yesus akan Allah. Dalam Yesus, pengalaman religius manusia memuncak, mencapai bentuk unggul, tak terulang dan tak teratasi. Dari pengalaman Yesus itu, berpancarlah pengaruh yang menciptakan kepercayaan Kristen. 

Dalam pengalaman Yesus, Allah menjadi nyata teralami secara unggul. Dengan demikian, dalam Yesus Kristus, Allah menjadi Juru Selamat manusia. Historitas Yesus menjadi pra-syarat mutlak bagi kepercayaan Kristen. Injil-injil bukanlah laporan hal ihwal Yesus, melainkan ungkapan dari cara umat Kristen awal memikirkan Yesus. Namun demikian, factum Yesus menjadi postulat bagi semua dogmata kristologis dan turut menjadi sasaran iman.

Schleiermacher membedakan Yesus historis dengan Kristus kepercayaan. Kristus kepercayaan ialah pengaruh Yesus yakni Yesus sebagai Urbild atau Yesus sebagai jembatan. Yesus historis memang menyebabkan iman, iman kemudian menciptakan gambar Yesus Kristus. Gambar yang berdasarkan pengaruh Yesus mengungkapkan hakikat terdalam Yesus sendiri yakni Yang Ilahi. Menurut Schleiermacher, kesadaran religius yang unggul pada Yesus bertepatan dengan kesadaran diri Yesus. Itulah yang namanya inkarnasi. 

Dan justru dalam pengalaman itu Yesus menjadi urbild atau jembatan dan sebab kesadaran religious Kristen yang juga bertepatan dengan kesadaran diri sebagai manusia. Schleiermacher mencoba memasang jembatan antara Yesus sebagai tokoh historis dan kepercayaan Kristen aktual. Sebagai tokoh historis, Yesus terbatas dalam waktu dan hilang lenyap. Ia tidak dapat menjadi penentu iman yang adalah pengalaman religius sepanjang masa. Jurang itu diatasi oleh Schleiermacher dengan menempatkan antara Yesus historis dan Kristus kepercayaan Kristen Yesus sebagai urbild yaitu pengaruh Yesus yang disalurkan melalui tradisi umat Kristen. Menurut kristologi Schleiermacher, yang tetap relevan bukanlah Yesus historis, melainkan pengaruh Yesus, Yesus sebagai urbild yakni pola dasar kepercayaan umat Kristen yang diselamatkan. 

Menurut Schleiermacher, Kristologi ini serentak soteriologi. Sebab tindakan penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus dan yang tetap dialami umat Kristen, menjadi inti pokok kristologinya. Tetapi hal-ihwal historis Yesus seperti kematian dan kebangkitan, dan diri historis Yesus tidak relevan lagi bagi umat beriman. Historitas Yesus hanya menjadi perandaian bagi kristologi/soteriologi Schleiermacher. Menurut Schleiermacher, Yesus historis tidak dapat disamakan dengan manusia lain atau tokoh religious lain. Kepercayaan Kristen berpangkal pada Yesus historis, dan merupakan hasil pengaruh Yesus dan kesan yang didapat oleh para pengikut Yesus.

Adapun sikap teologi Katolik terhadap alam pemikiran modern. Sebagai reaksi atas alam pemikiran modern, teologi katolik mengembangkan apologetika. Cabang teologi ini dimaksudkan untuk membela tradisi katolik terhadap rasionalisme, idealisme, historisisme, dan sebagainya. Dalam kerangka Apologetika itu, maka dihidupkan kembali filsafat/teologi zaman pertengahan khususnya dalam versi Thomas Aquinas. Paus Pius IX pada tahun 1864 menyatakan bahwa skolastik sesuai dengan zaman modern dan Paus Leo XIII pada tahun 1879 mewajibkan filsafat dan teologi Thomas Aquinas sebagai filsafat dan teologi resmi Gereja Katolik yang mesti diajarkan di semua sekolah teologi yakni seminari dan universitas katolik. Hal ini di perteguh kembali oleh Paus Pius X, Benediktus XV dan Paus Pius XI. Dalam rangka apologetika itu, berkembanglah kristologi dari bawah. Para apologet berusaha menggali Yesus historis dan dengan metode ilmu sejarah menyelidiki Perjanjian Baru. Mereka juga menulis riwayat hidup Yesus yang tujuannya adalah untuk mengimbangi riwayat hidup Yesus yang diterbitkan oleh para rasionalis dan para ahli teologi di kalangan reformasi. Adapun kesadaran bahwa metafisik Skolastik tidak sesuai lagi. Hal itu dirasakan oleh sejumlah pemikir katolik. Para pemikir Katolik merasa bahwa metafisik skolastik tidak sesuai lagi dengan alam pikiran modern.

Adapun pemikir-pemikir Katolik yang sangat berpengaruh dalam kristologi antaralain Rahner, Kasper, E. Schillebeeckx. Rahner mengembangkan kristologi skolastik Thomas Aquinas dan mengabungkan dengan alam pikiran modern. Dengan latar belakang itu, Rahner mengembangkan apa yang diistilahkan kristologi transcendental. Kristologi transendental ialah praandaian iman. 

Dalam mengembangkan kristologinya, Rahner mengatakan bahwa orang tidak dapat berpikir tentang Allah kalau tidak berpikir tentang manusia, dan orang tidak pernah berpikir tentang manusia, kalau tidak berpikir tentang Yesus Kristus. Rahner mengembangkan dua pendekatan terhadap Yesus Kristus yakni kristologi dari atas dan kristologi dari bawah. 

Dalam pendekatan Rahner, Yesus kristus di sebut sebagai penyataan atau penawaran diri Allah atau real symbol Allah, atau sakramen Allah. Menurut Rahner, Yesus Kristus juga disebut sebagai penyataan atau penyerahan diri manusia dan Yesus sebagai puncak mutlak dan tunggal umat manusia. Kasper mengembangkan kristologinya yang disebut kristologi dinamis. Menurut Kasper, Kristologi sebaiknya dimulai dari Alkitab. Dia juga mengatakan bahwa Allah dalam dirin-Nya adalah relasional. Dalam kristologi dinamis ini, diri atau persona oleh Kasper dipahami secara modern, dinamis, relasional, dan tidaklah statis. Menurut Schillebeeckx, Yesus historis sebagai titik pangkal kristologi perjanjian baru dan kristologi selanjutnya. Titik pangkal kristologi menurut Schillebeeckx adalah pengalaman abba dan pengalaman paskah.

Catatan Kristis untuk kristologi abad XIX-XX, Kristen reformasi abad XIX-XX, dan Kristen Katolik abad XIX-XX menurut hemat saya pendapat mereka berbeda-beda tetapi melengkapi satu sama lain. Memang harus diakui bahwa pembahasan atau pembicaraan tentang Yesus kristus dari zaman ke zaman tidak pernah berakhir secara tuntas. 

Yesus Kristus mesti dilihat dalam konteks zaman dimana seseorang atau manusia berada, artinya, iman akan Yesus senantiasa berubah dari zaman kezaman tergantung pihak subjek yang menanggapi iman akan Yesus tersebut. Relevansinya untuk saat ini menurut saya masih relevan. Saya mengambil contoh Kasper. Menarik bahwa Kasper menyatakan bahwa Allah di dalam diri-Nya adalah relasional. Pernyatan Kasper ini menurut hemat saya masih relevan dengan iman kita saat ini tentang Allah Tritunggal. Umat beriman Katolik sampai hari ini masih percaya akan Allah Tritunggal. Bahwa relasi Bapa, Putera, dan Roh kudus adalah inti iman kita sebagai orang-orang yang menerima pembaptisan baru dalam Kristus. Yesus juga pernah mengatakan kepada para murid-Nya; "Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku, baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun