Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resume Kristologi Abad Pertengahan hingga Kristologi Kristen Reformasi Abad IX-XX

12 Mei 2021   11:35 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:32 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

. Dalam alam pikiran Antropo-sentris ini subjek menjadi paling penting dan utama. Semuanya dilihat dengan bertitik tolak pada manusia. Orang mencari pegangan dan kemantapan di dalam diri manusia sendiri dan dalam kemampuan manusia. Dalam masa ini muncul berbagai sistem pemikiran filsafat antara lain empirisme, rasionalisme, idealisme, eksistensialisme, dan pragmatik. Alam pemikiran Yunani itu mempertahankan diri sampai pada abad XIV dan dalam teologi skolastik thomisme malah sampai pertengahan abad XX. Dengan demikian pemikiran tentang Yesus Kristus dalam rangka itu pada dasarnya juga mempertahankan diri. Kristologi yang di rumuskan dalam konsili khalkedon dan Konstantinopolis III dalam abad IV, yakni kristologi dari atas tidak terganggu gugat. Rupanya tata bahasa kristologis itu mencukupi untuk memikirkan dan mewartakan Yesus Kristus dengan cara yang sesuai dengan alam pikiran dunia Eropa Barat dan Eropa Timur. Tetapi sejak abad XIV, yakni renaissance dan humanisme, dunia Yunani-Romawi serta alam pikirannya di kawasan barat mulai merosot diganti dengan alam pikiran dan dunia lain, yang sedikit banyak bertolak belakang dengan alam pikiran Yunani-Romawi. Meskipun tentu saja tidak terlepas darinya.

Semakin pesat terjadilah suatu perubahan radikal di segala bidang kehidupan yakni bidang politik, nasionalisme, ekonomi, prakapitalisme, kapitalisme, industry, masyarakat, demokrasi, borjuis, hak-hak asasi manusia secara perorangan atau individualisme. Di bidang ilmu-ilmu pun terjadilah perubahan yang langsung mempengaruhi teologi dan kristologi. Ilmu-ilmu itu tidak lagi tunggal milik para rohaniwan Gereja, tetapi di kelola juga oleh orang awam. Teologi sebagai ilmu utama, Ratu segala ilmu, diturunkan dari taktanya. Ilmu-ilmu positif yang berdasarkan pengamatan dan eksprimen, berkembang dengan pesat dan melepaskan diri dari teologi dan filsafat. 

Kita di ingatkan dengan tokoh-tokoh ilmu positif seperti Kopernikus (1543), Galilei Galileo (1624), Newton (1727). Ilmu-ilmu positif itu diterapkan melalui teknik yang semakin menguasai alam dan manusia. Filsafat pun yang otonominya sudah diakui oleh Thomas Aquinas pun mulai melepaskan diri dari teologi menempuh jalannya sendiri serta menyususn dunianya sendiri lepas dari iman. Proses sekularisasi yang sudah dimulai pada abad XIII tampil pada permukaan dan semakin meluas. Semua perubahan tersebut sekaligus berpengaruh juga pada iman Kristen. Allah yang menurut iman Kristen menciptaklan dan menyelenggarakan segala sesuatu tidak menjadi problem lagi atau tidak menjadi persoalan lagi. Maka hal ini berpengaruh juga pada paradigna umum yakni semuanya seragam atau sama. 

Dalam perjalanan waktu, orang pun mulai sadar akan sejarah yang sebenarnya. Dengan demikian timbul kesadaran akan perubahan dan perkembangan yang di tempuh di dunia, termasuk manusia dan di segala bidang kehidupan. Alam pikiran di kawasan barat itu, di suarakan oleh pelbagai sistem pikiran, filsafat, yang bersaingan satu sama lain dan silih berganti, susul-menyusul. Problem pokok pikiran itu bukanlah apa yang diketahui dan dipikirkan, melainkan bagaimana manusia dapat mengetahui serta memikirkan, serta menjumpai sesuatu. Maka munculah filsafat empirisme yang berkembang di Inggris dengan tokohnya Francis Bacon, Locke, dan Hume. 

Empirisme berpendapat bahwa apa yang real dan benar hanyalah apa yang diamati oleh pancaindera manusia dan yang berkaitan satu sama lain sebagai sebab dan akibat. Aliran kedua dalam alam pikiran modern yang paling menonjol adalah rasionalisme. Sistem filsafat itu secara tuntas disusun oleh R. Descartes. Prinsip dasar dari rasionalisme adalah daya pikiran manusia adalah otonom. Setelah rasionalisme, muncul idelisme, eksistensialisme yang di kembangkan oleh Heidegger, setelah itu muncul filsafat pragmatik. Dalam kristologi Kristen reformasi ini muncul masa baru yakni abad pencerahan. Abad pencerahan ini ditandai dengan rasionalisme. 

Menurut rasionalisme, kenyataan dapat diketahui hanya dengan rasio dan tidak dengan lain, bahkan tidak dengan pengalaman emperisme. Banyak tokoh-tokoh reformasi yang muncul pada masa ini antaralain; G. Lessing, Reimarus, Schleiermacher, Wilhelm Friedrich Hegel, Strauss, dan L. Feurbach. Maka rasionalisme ini secara tegas di kritik oleh G. Lessing tahun 1729-1781. Berdasarkan Rasionalisme ini, Lessing mengajukan keberatan-keberatan terhadap iman kristiani (Bdk, L. Sutadi, Diktat Kristologi 2, hlm, 65).

 Pertama, ia melihat jurang yang memisahkan masa lalu dan masa sekarang. Kita tidak melihat dengan mata kepala kita sendiri misalnya mukjizat dan kebangkitan Yesus Kristus. Kita hanya menerimanya berdasarkan kesaksian para murid. Tetapi seberapa besar kesaksian para murid diandalkan. Lebih dari pada itu, menerima sebagai benar sesuatu hanya berdasarkan kesaksian orang lain bertentangan dengan otonomi manusia yang merupakan ciri utama manusia abad modern, manusia pencerahan. 

Manusia hanya otonom kalau ia menerima sebagai benar apa yang ia saksikan sendiri dan dipikirkan sendiri. Kebenaran yang dipaksakan orang lain bertentangan dengan prinsip otonomi. Oleh karena itu, kita tidak mungkin menerima apa yang disaksikan oleh para murid. Kedua, Lessing mengajukan pertanyaan metafisis berikut ini; Bagaimana mungkin transisi dari kebenaran-kebenaran historis aksidental ke kebenaran-kebenaran rasional yang perlu dapat dibuat? Kebenaran historis yang dimaksud ialah peristiwa sejarah menyangkut Yesus Kristus. Bagaimana mungkin peristiwa Yesus Kristus ini diangkat menjadi suatu yang mempunyai arti universal di segala tempat dan waktu? Atau dengan kata lain, Bagaimana mungkin Yesus orang Yahudi dapat menjadi Allah dan diakui di seluruh dunia? Ketiga, Pewartaan kristiani berabad-abad lalu tidak masuk akal lagi bagi orang zaman sekarang.

Tokoh yang berikut adalah Reimarus. Reimarus mencoba menerapkan patokan ilmu sejarah pada Perjanjian Baru untuk menemukan Yesus yang sebenarnya, bersih dari segala dogma. Reimarus menjadi yakin bahwa umat Kristen semula memindahkan kepada Yesus banyak mitos dan dengan demikian mengubah Yesus yang sebenarnya menjadi anak Allah, Allah, dan Juru selamat.  

Yesus yang sebenarnya menurut Reimarus adalah sebagai berikut; Yesus tampil sebagai Mesias politik yang memperjuangkan kebebasan politik bangsanya dari pendudukan Roma. Tetapi Ia gagal. Para murid tidak mau menerima kegagalan ini, dan sebagai gantinya para murid menciptakan apa yang disebut dengan penebusan rohani. Rasa malu yang diakibatkan kematian Yesus, ditutupi dengan mengarang cerita tentang kebangkitan. Akibatnya, Yesus yang sesungguhnya ditutupi oleh ajaran-ajaran para rasul. Yesus yang diterima oleh Reimarus adalah Yesus yang sebagai guru yang mengajar etika luhur. Yesus secara konsisten melaksanakan apa yang menjadi ajaran-Nya dan dengan demikian menjadi suatu teladan dan contoh bagi manusia sepanjang abad.

Sebagai tanggapan atas pemikiran ala Reimarus, Strauss, dan Baur, memancing reaksi dari seorang teolog reformasi dari Jerman yakni F. Schleiermacher. Teolog F. Schleiermacher mengkrtik rasionalisme mereka. Schleiermacher mengecam rasionalisme yang mereduksikan iman Kristen menjadi sebuah kebenaran rasional yang umum dan membuat Yesus menjadi seorang guru belaka. Ia mengkritik idealisme yang membuat Yesus menjadi suatu idea abstrak belaka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun