Mohon tunggu...
Orlyy (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)
Orlyy (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠) Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa di suatu sekolah

Hobi saya menggambar dan menyanyi 🍄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan bersama Seragam Putih Biru

4 Desember 2022   19:25 Diperbarui: 4 Desember 2022   19:56 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak dari kami menyukai mata pelajaran fikih.

Aku juga lumayan menikmati pelajaran biologi. Bu Sari akan membagi kami menjadi beberapa kelompok. Kemudian beliau akan membagikan selembar kertas yang isinya akan didiskusikan bersama. Setelah selesai mendiskusikan isi kertas yang diberikan, kelompok tersebut dipersilahkan untuk mempresentasikannya di depan kelas.

Setelah mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompok akan diadakan sesi tanya jawab. Aku sering merasa kesal karena pertanyaan yang dilontarkan kelompok lain sangat tidak masuk akal. Sehingga, sering terjadi perdebatan kecil antara masing-masing kelompok.

Menurutku, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling menegangkan. Bu Rani sering marah kepada kami. Tetapi, itu memang kesalahan kami. Bu Rani tidak pernah absen saat masuk ke kelas kami. Karena itu, banyak dari kami yang kurang suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia.

Di suatu pagi, Bu Rani menasehati ketua kelas kami, Tommy. Penyebabnya, ia menjawab salam Bu Rani, padahal beliau belum selesai mengucapkannya sehingga beliau tersinggung. Bu Rani menasehati kami semua agar tidak mengulangi perbuatan tersebut kembali.

"Lah, tumben pagi-pagi udah diceramahin, pertanda buruk apa ini," ucapku kepada Nao. Ternyata memang benar ucapanku. Di siang harinya, papan pembatas antar kelas terjatuh ke kelas VIII I dan hampir mengenai kepala teman lain. Papan tersebut terjatuh karena beberapa orang teman kami bermain-main di sekitarannya dan menabrak papan tersebut.

Kebetulan yang mengajar di kelas sebelah adalah Bu Sari. Itu membuat beliau marah besar. Saat teman-temanku dimarahi, ada beberapa diantara mereka yang masih bisa tertawa kecil. "Ya ampun, masih ketawa-ketawa, ga merasa bersalah apa?" Ucapku dalam hati. Lalu, Bu Rani menasehati kami untuk tidak mengulangi hal tersebut, dan mereka meminta maaf.

Mungkin karena kami merasa nyaman dengan satu samaain, waktu terada begitu cepat. Susah senang kami jalani bersama. Mulai dari menikmati jam kosong, dimarahi oleh guru, dan kejadiam lainnya yang membekas di benak kami.

Telah tiba saatnya kami menerima hasil usaha mereka kami selama duduk di kelas VIII J. Syukurlah, tidak ada yang tinggal kelas. Kami masih belum puas dengan waktu yang kami habiskan selama ini.

Di hari kami menerima rapor, kami saling bersalaman dan beberapa dari kami bahkan berpelukan dengan satu sama lain. "Aduh, udah kelas IX aja ya, belum puas kelas VIII, bisa diulang ga sih?" Ucap salah seorang dari kami. Di dekat pintu, kami melihat Bu Tia yang ikut terbawa suasana haru melihat kami mengucapkan salam perpisahan.

Setelah pemberian rapor selesai, Bu Tia keluar dari ruangan kelas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Beberapa orang melihat Bu Tia meneteskan air matanya. Aku sangat berterima kasih kepada seluruh teman-teman di kelas VIII J, yang telah memberikanku pengalaman yang tidak akan pernah ku lupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun