Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlunya Wawasan Makanan Nusantara

8 Mei 2021   20:41 Diperbarui: 8 Mei 2021   21:11 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong Balap Khas Sidoarjo-dokpri

Akibat tuntutan event  Samber THR Kompasiana 2021 hari ke 25 diharuskan men-twitt hal-hal yang disukai dan tidak disukai ikut samber THR Kompasiana 2021 : Duka Berubah Suka Ikut Samber THR Kompasiana 2021, terpaksa membuka akun twitterku yang lama tidak terbuka karena sedang bulan puasa sehingga kawatir terpancing "ghibah twitt" sebagaimana yang dilakukan para BUZZER yang tetap ghibah, hasut, dan caci maki dibulan puasa ramadan yang mustinya juga berpuasa mulut, sebagaimana Rasulullah bilang bahwa puasa itu menjaga dua lubang yaitu lubang mulut dan lubang kemaluan.

Saat login akun twitterku muncul trending topik #Bipang Ambawang, yang jadi trending akibat ucapan presiden yang memunculkan pro dan kontra. Saya tak membahas lebih jauh urusan pro kontra tentang bipang tersebut, biarlah orang-orang politik yang membahasnya. Yang menarik bagi saya adalah kalau ada pegawai KPK yang tak lulus ujian tentang Wawasan Kebangsaan, maka tak luput ada istilah Wawasan Nusantara yang menurut saya induk dari semua wawasan, bisa dikatakan wawasan kebangsaan hanya bagian dari wawasan nusantara.

Diantara bagian wawasan nusantara ada istilah wawasan makanan nusantara ini wujud bangsa Indonesia yang berbinneka dimana banyak pulau, suku, adat dan budaya, makanan khas daerah salah satunya. Wawasan makanan Nusantara ini penting agar tidak timbul salah ucap, salah posisi mengucapkan dan salah persepsi pada masyarakat yang menimbulkan saling caci maki satu sama lainnya.

Dalam memahami makanan khas Nusantara yang beraneka ragam macamnya, perlu diketahui dua unsur yaitu :

1. Bahasa atau nama makanan sama ,tapi bentuk berbeda

2. Bahasa atau nama makanan berbeda ,tapi bentuk sama

Dua unsur tersebut perlu diperhatikan sehingga tidak salah persepsi dan salah konsumsi karena rakyat Indonesia banyak agama yang dianut, kadang boleh pada agama satu tetapi haram bagi agama yang lain tentang makanan tersebut.

Bahasa atau nama makanan sama ,tapi bentuk berbeda

Nama makanan sama tapi bentuk berbeda, ini yang terjadi pada "Bipang" tergantung kalimat yang menyertainya. Bipang Ambawang Kalimantan adalah makanan berbahan dasar babi yang diolah sedemikian rupa dengan proses pemanggangan. Akan berbeda jika kata "Bipang" disertai dengan kalimat Bipang Wonosobo atau Bipang Pasuruan adalah sejenis kue kering kalau dalam bahasa jawa biasa disebut jipang yaitu kue kering berbahan dasar beras ketan.

Atau juga kalau kita ke Solo menjumpai warung yang bertuliskan sedia "Wedhus Balap" sebagai orang Jawa Timur kalau saya tidak jeli melihat makanan tersebut maka mengira makanan tersebut berbahan dari daging kambing sebab wedhus ini sebutan kambing dalam bahasa jawa. Padahal wedhus balap adalah makanan yang berbahan dasar daging anjing.

Bahasa atau nama makanan berbeda ,tapi bentuk sama

Beda nama penyebutan makanan tapi bentuk makanan sama ini juga banyak kita jumpai dinusantara ini sebagai contoh orang jawa menyebut Soto Lamongan, Soto Betawi, Soto Madura dan lain-lain berbeda dengan orang Sulawesi menyebutnya Coto Makasar. Akan tetapi perbedaan penyebutan nama makanan tersebut ada kesamaan dari bentuk dan bahan makanan tersebut. Orang jawa menyebutnya kue Pukis, orang Madura dan orang Ambon tak mau menyebutnya sebagai kue Pukis karena dianggap kata-kata kotor. Kue Pukis sebutan orang Jawa orang Ambon menyebutnya kue Keroncong, nama makanan berbeda tapi bentuk dan bahan kue sama.

Mengetahui wawasan makanan Nusantara ini bukan hal sepele namun sebuah pengetahuan untuk melestarikan keanekaragaman budaya serta untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebab NKRI beraneka suku, adat, budaya dan agama. Jangan sampai #BipangAmbawang dari Kalimantan yang berbahan dasar babi menjadi "HALAL" bagi umat Islam karena bahasa dan nama makanan sama dengan Bipang Wonosabo atau Bipang Pasuruan padahal bentuk dan bahan berbeda.

Dengan wawasan makanan nusantara juga kita bisa meletakkan ucapan tentang satu makanan yang bagi kelompok tertentu boleh dimakan sementara bagi kelompok lain diharamkan. Oleh-oleh Bipang Ambawang Kalimantan untuk moment imlek mungkin benar, tapi salah kalau oleh-oleh Bipang Ambawang untuk moment Ramadan.

Inilah ungkapn singkat saya , Suwun : mari belajar dari pengalaman agar tidak jatuh kedalam lubang yang sama dua kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun