Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Narasi Menang, Curang, Perang dari Pendukung Prabowo

2 Mei 2019   19:51 Diperbarui: 2 Mei 2019   20:24 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pertemuan Ulama pendukung pasangan Capres/Cawapres Prabowo-Sandi sudah selesai. Pertemuan yang disebut sebagai Ijtimak Ulama  dan Tokoh tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi, yaitu

  1. Menyimpulkan bahwa telah terjadi berbagai kecurangan dan kejahatan yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif dalam proses pemilu 2019.
  2. Mendorong dan meminta kepada Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi untuk mengajukan keberatan melalui mekanisme legal prosedural tentang terjadinya berbagai kecurangan dan kejahatan yang terstruktur, sistematis dan masif dalam proses pilpres 2019.
  3. Mendesak Bawaslu dan KPU untuk memutuskan pembatalan/diskualifikasi paslon capres cawapres 01.
  4. Mengajak umat dan seluruh anak bangsa untuk mengawal dan mendampingi perjuangan penegakan hukum dengan cara syar'i dan legal konstitusional dalam melawan kecurangan dan kejahatan serta ketidakadilan termasuk perjuangan/diskualifikasi paslon capres cawapres 01 yang melakukan kecurangan dan kejahatan dalam pilpres 2019.
  5. Memutuskan bahwa perjuangan melawan kecurangan dan kejahatan serta ketidakadilan adalah bentuk amar makruf nahi munkar, konstitusional dan sah secara hukum demi menjaga keutuhan NKRI dan kedaulatan rakyat.

[Lengkap, Klik Kanal IHI] 

Hasil tersebut mendapat tanggapan beragam. Hari ini, utamanya di Media Sosial, publik seakan melupakan Hari Pendidikan Nasional, mereka lebih fokus berkomentar atau pun menanggapi rekomendasi Ulama Pro Prabowo tersebut.

Saya pun tak mau ketinggalan; sebab, siang tadi, seorang rekan guru besar dari Bandung, mengirim tulisan yang ia dapat melalui pesan WA.

Tulisan tersebut, secara singkat tentang narasi utama Prabowo (tanpa Sandi Uno) dan para pendukungnya, yaitu menang, curang, dan perang. Faktanya, pada setiap kesempatan, Prabowo, BPN, dan utamanya para politisi PAN, khususnya lingkaran pengaruh Amin Rais, juga menyatakan hal yang sama.

[Note: Uniknya, suara nyaring tentang menang, curang, perang tersebut, hanya datang dari BPN, Prabowo, Amin Rais dan 'PAN klan Amin Rais,' GPMF, Eggi Sudjana; minus Sandi Uno, PKS dan Demokrat. Untuk mengetahui alasannya, perlu telaah tersendiri].

Narasi menang yang diungkapkan oleh Prabowo, sekitar dua hari pasca Pilpres, (katanya berdasar exit poll, quick count, real count internal Gerindra) Prabowo telah menyatakan diri menang serta telah menjadi Presiden untuk seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian, dilanjutkan dengan deklarasi kemenangan hingga empat kali; berlanjut dengan adanya edaran dari BPN kepada relawan dan pendukung di semua daerah agar melakukan syukur kemenangan.

Dengan demikian, narasi kemenangan, yang sepihak, tersebut hanya merupakan penyebaran hoaks serta bentuk penyesatan publik.

Narasi curang, cukup jelas di sini. Agaknya yang terjadi adalah, pendukung Capres/Cawapres 02 yang berbuat curang; namun untuk menutupi kecurangan tersebut, mereka menuduh serta menuding pihak lain.

Narasi perang. Narasi ini, pertama kali dimunculkan oleh Amin Rais pada puteran kedua Pilpres 2014. Pada waktu itu, Amin Rais menyatakan perlawanan terhadap Jokowi-JK sebagai Perang Badr; perang pada masa lalu di Jazirah Arab, era Nabi Muhammad.

Ini menarik. Tahun 2014, setelah Prabowo kalah di MK, dan muncul kerusuhan lokal di Jakarta, Eggi dengan jumawa, menyatakan memilih jalan revolusi. Tapi, hingga hari ini, 'Revolusi Eggi' tersebut, tidak pernah terjadi.

Kini, 2019, ungkapan perang, dimunculkan lagi; ungkapan yang sama juga disampaikan oleh seseorang nun jauh di seberang lautan, dan beberapa tokoh lainnya, termasuk Amin Rais dan Eggi Sudjana dengan people powernya.

Namun, walau ada ungkapan perang yang berlapis-lapis dan petinggi BPN adalah purnawirawan Jenderal TNI, saya yakin, seruan perang tersebut adalah sesuatu yang asbun dan omdo atau asal bunyi dan omong doang.

Alasannya sederhana, (i) Prabowo dan mantan militer di sekitarnya tidak memiliki kemampuan persenjataan untuk perang, (ii) Jokowi masih sebagai Presiden RI, yang mempunyai tantawi komando ke TNI dan Polri untuk menghancurkan pembrontakan, (iii) jika Prabowo dan pendukungnya menggunakan anggota Ormas dan Parpol untuk perang, maka itu sama saja dengan bunuh diri massal, (iv) jika benar-benar ada perang dari Prabowo cs, maka seluruh rakyat Indonesia, (akan) serentak bergerak untuk menghancurkan mereka.

##

Berdasar semuanya itu, narasi menang, curang, dan perang dari Prabowo (tanpa Sandi Uno) dan pendukungnya, hanyalah upaya orang-orang kalah yang melakukan penyesatan publik dan menakutkan rakyat.

Mereka hanya bisa berseru nyaring, tapi tiada kekuatan untuk bertindak; dan saya pun setuju dengan Prof Sahetapy bahwa, "Mereka berbicara seperti ayam tanpa kepala."

Opa Jappy | Indonesia Today

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun