Bagian 3: Kisah di Balik Ladang Ilalang
Naila duduk di beranda rumah tua itu, ditemani secangkir teh hangat dan semilir angin sore.Â
Mbah Karyo, dengan suara berat dan perlahan, mulai bercerita.
"Dulu, di desa ini, ada seorang gadis bernama Sekar Saraswati," kata Mbah Karyo, menatap jauh ke ujung jalan seperti sedang membuka pintu masa silam. "Ia anak dari keluarga sederhana, penuh sopan santun, dan parasnya cantik seperti bunga melati."
Naila mendengarkan dengan saksama, menahan napas.
"Suatu hari, seorang pemuda dari keluarga bangsawan datang berkunjung ke desa ini untuk urusan tanah. Namanya Adipati Wirawan. Ia jatuh hati pada Sekar sejak pertama kali melihatnya di ladang ilalang itu, di bawah cahaya purnama."
Mbah Karyo tersenyum kecil, seolah mengingat kenangan yang indah sekaligus pahit.
"Mereka berjumpa diam-diam, saling bertukar surat, berbagi janji. Tapi, dunia mereka berbeda. Keluarga Adipati tak pernah mengizinkan dia menikah dengan rakyat jelata. Pada akhirnya, Adipati harus pulang ke kota, dan meninggalkan Sekar dengan hati patah."
Suasana sore itu terasa berat. Naila merasakan kesedihan yang masih menggantung di udara meski sudah puluhan tahun berlalu.
"Apa Sekar pernah menikah, Mbah?" tanya Naila pelan.