Aku berteduh di samping mendung. Segulung koran menaungiku dari rintik saat berlarian menjauhi peristiwa. Ada kabar dan sejarah yang tak terbaca. Mungkin koran lebih mudah menyerap air mata. Sebab sebentar lagi akan dipetikan.
Kabar dan sejarah hanya terpaut usia. Kabar harus dilatih berjalan dulu baru ditinggalkan. Sedangkan sejarah harus terus dirawat. Dipapah, dimandikan, mengenakan baju lama yang sudah kecoklatan.
Ada kabar seorang gadis menukar kerling mata dengan segenggam gawai. Begitu juga nyawa bawahan yang ditukar mesiu. "Mengapa kamu tak berteduh di ketiak sejarah saja?" Aku bergeming. Terlalu rimba untuk masuk ke sejarah. Penguasa terlalu banyak melepas ular berbisa supaya yang bijak tersakiti.
Hujan reda. Mendung menepuk pundakku menyuruh segera pergi. Sementara ada sejarah tertukar Dalam gulungan koran. "Siapa yang menyerbumu dengan rindu?" tanya gulungan koran.
"Ah, sudahlah, itu bukan kabar, apalagi sejarah" sahutku berlari kecil bersama kupu-kupu.
SINGOSARI, 28 September 2022
Sumber gambar https://www.klikdokter.com/