Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jangan Pernah Sakit Hati

5 September 2020   18:05 Diperbarui: 5 September 2020   18:17 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat aku pulang, ibu tengah mengupas buah rindu. Ia belah menjadi dua bagian. Ada rindu yang sudah terlanjur busuk. Ada pula rindu yang masih bisa dinikmati.

Aku memberinya salam, dan ibu membalas dengan sisa air susunya yang mengering. "Bu aku pulang, cinta telah membelit kebahagiaanku, aku terkena bisa rindu" ucapku lirih.

Ibu mendengar dengan seksama. Matanya sayu mirip saat aku masih bayi dan terbangun malam hari. "Apakah ada tubuhmu yang terluka?"

Kusodorkan hatiku yang berdenyut resah. Pikiranku seperti pohon dengan ribuan ranting, namun meranggas daunnya. "Ini bu, sudah mengering beberapa kemarau"

"Kau pasti kesakitan, kalau berani jatuh cinta, harus siap patah hati" kata ibu sembari menata aliran darahku.
"Apakah ibu pernah tersakiti?"
"Kau tak perlu tahu. Namun, kau harus tahu bahwa menyakiti orang lain sama saja membuang cinta ke tengah samudera, sulit ditemukan dan akan tenggelam diamuk badai."

Ibu terus mengusap keningku, dan aku merasa ingin kembali ke rahimnya. "Jangan pernah sakit hati, masih ada cinta lain yang bisa disemai" bisik ibu bertamu dalam telingaku.


SINGOSARI, 5 September 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun