Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Anjing Hitam

12 Januari 2020   09:53 Diperbarui: 12 Januari 2020   22:11 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
static.wixstatic.com

Seekor anjing hitam merumput di sabana. Penggembala gemuk meniup uap tempe dan tahu dari bungkusan bekal, pengganti musik hiburan. Tak lupa sebuntel nasi punel sebagai energi, sekaligus bekal mengantuk.

Saat terik seperti ini, anjing hitam hanya diikat di sabana. Tak setetes air pun di cecapnya. Ia hanya menenggak air liurnya sendiri. Sampai rumput-rumput kehabisan sumber air.

Penggembala tetap tak peduli, ia tata nada sumbang dari petai dan sambel goreng bawang. Ia lumerkan dengan terong, maka pedasnya mampu mendatangkan petir.

Lihatlah nanti, jika hujan datang. Rumput setinggi ilalang, dan air bah bertingkah jalang. Saat itu anjing hitam basah kedinginan, menggonggong tak terima atas sangkaan. Sebab penggembala selalu berujar: "Ini pasti kesalahan kambing hitam, itu, yang disana itu." Seraya menunjuk anjing hitam yang terus menggonggong. "Dia itu tak tahu di untung."

Orang-orang pun ramai bercakap, "Dia sudah gila, lihatlah matanya terpejam, bicaranya menghitam"

SINGOSARI, 12 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun