Simak Tulisan THR Kompasiana di 10 Hari Pertama
- "Regret No More" Berpuasa di Bulan Ramadan Juga Perlu Persiapan, Loh!Â
- Memaksimalkan Keberkahan di Bulan Ramadan, Pasang Target Aja!Â
- Berburu Takjir di Pasar Beduk, Yuk!Â
- "Yoga di Saat Sahur, Eh Bukannya Yoga Itu Diharamkan?"Â
- 5 Alasan untuk Menolak Ajakan Buka Bersama(HL)
- Gagal Menangis di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II PalembangÂ
- Inilah Tiga Rahasia agar Tetap "Strong" Bekerja Saat RamadanÂ
- Kocaknya Memperkenalkan Ibadah Puasa ke Seorang Bule(HL)
- Cara Jomblo "Merayakan" Romantisme RamadanÂ
- Inilah 2 Tempat Ngabuburit Asyik di Seberang Ulu dan Ilir Kota PalembangÂ
Tantangan Menulis THR Kompasiana Sebulan Penuh
Butuh konsistensi dan niat yang setebal baja untuk dapat memenuhi target menulis seperti yang disyaratkan. Bayangkan saya, di hari pertama memulai saja saya stress sendiri karena terkendala teknis. Tulisan yang saya import dari microsoft word ke laman posting Kompasiana tak juga berhasil terunggah.
Saya khawatir, jika terposting melewati tenggat waktu, saya otomatis akan dieliminasi dari kesempatan memperoleh hadiah utama. Saya sampai mengontak admin Kompasiana untuk mencari solusi. Alhamdulillah, tulisan pertama saya berhasil tayang sebelum deadline hariannya terlewat.
Ini bukan kali pertama saya ikutan lomba di Kompasiana. Di beberapa lomba sebelumnya, saya belum beruntung. Saya masih kesulitan "meraba" minat juri tentang tulisan seperti apa yang mereka sukai.
Makanya, di lomba THR Kompasiana ini pun saya masih meraba-raba, sekiranya tulisan apa yang cocok dan dapat disesuaikan dengan tema. Saya ingin tulisan yang dapat berkembang dari tema dasar, namun juga saya tidak mau kehilangan sentuhan personalnya. Dan, percayalah, itu nggak mudah.
"Hah, jadi salah nulis gitu?"
Eh nggak juga ding, tapi apa yang ditulis ternyata lebih cocok dengan tema di hari lain yang lebih spesifik. Dalam "kasus" saya, misalnya saja saya sudah menulis tentang lokasi penjualan takjil (di hari ke-3), namun sebetulnya ide itu lebih cocok ditulis di hari ke-13 hahaha. Ya sudah, jika sudah begitu tinggal gimana caranya "mutar otak" agar tulisannya nggak basi dan tetap sesuai.
Di beberapa tema lain, misalnya saja di tema ke-3 tentang takjil atau tema ke-10 tentang lokasi ngabuburit, saya mau tidak mau harus "keluar kandang" dan mendatangi langsung tempat-tempat itu demi mendapatkan feel dan tentu saja foto yang sesuai.
Saya sih berusaha untuk memakai foto sendiri, walaupun tetap di beberapa tema lain saya harus menggunakan foto yang ada di "bank" google. Di tema ke-16 tentang fiksi dimana saya menulis cerita anak misalnya, saya malah menggunakan foto Chibi Maruko Chan hwhw. Saat melakukan pencarian, saya juga selalu berusaha menggunakan foto-foto yang ada di Kompas.com (secara ya, nulisnya di Kompasiana). Namun, jika sudah mentok, baru deh saya pakai foto dari situs lain, tentu dengan tetap menyertakan sumbernya.