Mohon tunggu...
Om Mujahidin Pecoy
Om Mujahidin Pecoy Mohon Tunggu... Freelancer - Menulislah Dengan Gayamu

Jadilah penulis yang berkualitas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

16 Tahun

11 November 2019   09:21 Diperbarui: 11 November 2019   10:21 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bu Aika berangkat dulu" pamit Aika sambil mencium tangan ibu. "Iya, sudah makan nak? Udah di data yang harus dibeli? Semoga lelahmu jadi berkah nak" ucap Ibu sambil mengelus kepala Aika. "sudah bu, tadi pulang sekolah Aika langsung makan dan shalat. Udah bu
semalam Aika mendata yang harus dibeli. Iya Aamiin bu. Aika berangkat. "Assalamu'alaikum" ucap Aika. "Waalaikumsalam nak, hati-hati" jawab Ibu.

Berbeda dengan anak SD lainnya, jika anak seusia dia pulang sekolah langsung tidur, nonton tv atau main, Aika pulang sekolah langsung pergi ke toko kelontong besar untuk belanja barang-barang yang sudah habis di warung Aika. Aika hanya menikmati waktu bermain dijalan ketika menuju toko, jarak tempuh Aika sekitar 45 menit. Bernyanyi menjadi senjata ampuh bagi Aika dalam menghilangkan lelah di sekujur kakinya.

"Kalau tidak seperti ini jajan sekolahku mau dari mana? Papa kerja dikebun untuk makan Aika, ibu jualan sayur untuk biaya sekolah Aika dan jajan Adik. Aika harus semangat biar bisa lanjut sekolah ke SMP". Ucap Aika dalam hati.

Sering Aika kehujanan di pertengahan jalan rambutnya sudah basah kuyup dan sesegera mungkin Aika ikut berteduh di rumah orang lain. Kepala yang sudah kebal dengan beban belanjaan yang sering Ia bawa di atas kepala, satu tangan Ia gunakan untuk memegang kardus dikepala dan satu tangan lagi digunakan untuk membawa kresek. Aika sering terhenti ketika mendapati jalan tanjakan, lelah dan keringat yang Aika seka dari wajahnya. Sesampai dirumah Aika semangat untuk membereskan belanjaannya, senyum Aika terlihat ketika melihat warung kecilnya penuh dagangan. "semoga besok dagangan ini habis dan Aika besok kembali belanja" ucap Aika dalam hati.

Kini Aika semakin dewasa yang tadinya kelas 5 SD sekarang naik jadi kelas 6 SD. Waktu sekolah Aika kini semakin padat karena banyak tambahan waktu les dan lainnya. Namun hal itu tidak menjadi alasan bagi Aika untuk bermalas-malasan dalam berdagang. Jika kemarin-kemarin Aika pergi belanja selesai dzuhur kini Aika harus pergi ke toko selesai asar dan sampai ke rumah magrib. Tapi Aika senang karena cita-cita Aika ingin lanjut sekolah.

Satu tahun telah berlalu, kini masanya bagi Aika melepas baju merah putih dan mengganti dengan putih biru. Masih sama seperti biasanya, sepulang sekolah Aika belanja keperluan warungnya. Bedanya, kini Aika harus menggunakan angkutan umum karena toko yang biasa
Aika datangi tutup dan dari sana Aika harus pintar-pintar menghitung biaya ongkos yang dikeluarkan dengan untung yang di dapat nanti. Patokan Aika dalam berdagang adalah tidak mengurangi jumlah dagangan, ada untung untuk jajan dan ongkos sekolah Aika.

Seringkali Aika bertemu kawan-kawan sekelasnya di angkutan umum dan bertanya "Aika kamu mau kemana ko bawa kompan 1 ?". "Saya mau belanja, kalian mau kemana?" tanya Aika, "Kita mau main ke alun-alun. Mau ikut?" ajak kawan Aika. "Oh tidak terima kasih. Kiri 2 pa. Saya duluan" pamit Aika sambil memberikan ongkos. Sebenarnya Aika juga ingin seperti mereka bisa main, jajan dan jalan-jalan. Tapi Aika lebih sayang kedua orangtua.
Kalau Aika tidak seperti ini Aika besok sekolah mau ongkos pakai apa.

Kejadian tadi hanya lewat saja di fikiran Aika, setelah itu Aika kembali pada dunianya yakni sekolah dan berdagang. Aika harus pintar-pintar memilih sayuran yang segar untuk dagangannya, harus pintar membandingkan harga dan harus pintar memilih barang karena sekarang Aika belanja di tempat yang mirip dengan pasar. Selama 3 tahun di SMP Aika pergunakan waktunya untuk sekolah dan kegiatannya serta berdagang. Suatu hari Aika bicara
pada papa dan mama "Pa, Ma Aika ingin lanjut sekolah lagi. Boleh? Terserah Aika sekolah dimana juga, Aika tidak akan menawar tempat sekolah yang terpenting Aika ingin lanjut sekolah" ucap Aika. Lalu Mama dan Papa saling menatap "nak, bukannya gak mau menyekolahkan. Papa sama Mama ingin sekali menyekolahkanmu. Tapi kan tahu gimana kondisi sekarang. Papa di kerjaan belum juga diangkat sebagai karyawan tetap. Ibu berhenti jualan karena Adik sekarang makin rewel. Tapi Papa akan usaha carikan sekolah jika Papa sanggup membiayai. Gak kenapa-napa kalau sekolahnya jauh?" tanya Papa.

"Iya pa, gak papa kalau Aika harus jauh juga. Asal sekolah" jawab Aika. Kini Aika sudah duduk dikelas 3 SMP, kecemasan selalu ada dalam diri Aika. Cemas karena Ujian Nasional dan cemas karena takut Papa tidak menemukan sekolah SMA yang dianggapnya mampu membiayai. Namun ketakutan untuk tidak melanjutkan sekolah tiba-tiba sirna ketika Papa membawa sebuah brosur dan memperlihatkan pada Aika. "Nak, kamu mau kalau sekolah
disini?" jawab Papa. "Boleh Aika lihat? Papa bukannya ini mahal? Sekolah umum iya, sekolah agama iya. Kan mahal biaya Pa?. Terus nantinya Aika tinggal di Asrama? Gimana nanti biayanya? Dan juga Aika belum lancar ngaji, kurang tau dalam agama" ucap Aika.

"Insha Allah Papa sanggup nak, asal kamu sungguh-sungguh. Iya makanya kamu nanti disana belajar" ucap Papa. "Terus dagang Aika gimana? Aika malu pa belum bisa apa-apa. Dan 1 Tempat minyak goreng yang terbuat dari plastik dibawanya sama seperti ember, 2 Ini adalah tanda atau kode dalam memberhentikan kendaraan sekolahnya nanti harus dikerudung ya pa? Itukan pesantren" ucap Aika agak cemberut. "Nak ingat, kalau kamu Cuma pintar saja gak cukup. Kamu harus faham agama juga, kan kamu wanita harus pintar dalam agama dan sekolah. Nurut Papa ya nak, Papa sama Mama gak mungkin sekolahkan kamu pada hal yang gak benar. Ini pilihan Papa dan Mama yang terbaik buat kamu" jawab Papa. "Ya sudah Pa, Ma kalau begitu Aika ikut saja" jawab Aika sambil cemberut.

Kini dunia Aika berubah total yang tadinya sering bercengkrama dengan panas matahari dan banyak orang dalam belanja kini Aika hanya diam di asrama, belajar dan menghafal qur'an. Aika sering sekali pulang ke rumah, merasa tidak betah dan tidak nyaman dengan dunia barunya. Yang harus berjilbab, berkaos kaki dan membaca Al-Qur'an, yang ada dalam diri Aika saat itu hanya ketidaknyamanan. Sering Aika menangis karena harus berjauhan dengan orangtua dan adiknya. Sering Aika teringat warung yang hampir 5 tahun menjadi teman sejatinya.

2 tahun telah berlalu akhirnya Aika bisa menerima kondisi menjadi seorang "santri", dan dari sana Aika pun berubah menjadi wanita yang mulai berani mengeluarkan kemampuan dan bakatnya dalam olahraga, dan menulis. Dan setahun berlalu akhirnya kini Aika duduk di kelas 3 MA, kini rasa waswas hadir lagi pada diri Aika. "Mungkin Aika lanjut kuliah? Tapi Aika sadar sama kondisi Aika. Dan Aika juga belum berani meminta pada Papa dan Mama" gumam Aika.

Setelah Ujian Nasional selesai Aika mendapat pertanyaan dari Papa "Setelah ini kamu mau kemana nak?","Mama Papa Aika ingin lanjut kuliah. Tapi itu tidak mungkin, itu cuma keinginan Aika saja Ma Pa" ucap Aika sambil berlinang. "Nak, kalau untuk itu Papa sama Mama harus merenung dulu" jawab Mama. "Iya Ma Pa gak papa kok"jawab Aika lemas. Dan keyakinan Aika semakin hilang ketika ingat kondisi di rumah. Dari hari kehari Aika tak
pernah lelah mencari info tempat kuliah yang murah tapi berkualitas. Hingga suatu hari kaka kelas Aika memberi tahu alamat kampus yang katanya terjamin.

Dengan memberanikan diri Aika bicara pada Mama dan Papa untuk mendatangi kampus tersebut. "Nak kalau kamu ingin lanjut kuliah Papa hanya bisa membiayai kuliah saja, untuk jajan dan bangunan juga Papa agak keberatan. Gimana kamu mau kalau Papa kasih syarat begitu" ucap Papa. Dengan tegas Aika berkata "Aika siap, Aika mau sambil kerja", "Ya sudah ini Papa Cuma bisa kasih ongkos dan uang 100.000 untuk pendaftaran. Keesokan harinya Aika tanpa ragu segera bergegas ke alamat kampus itu yang terdapat di salah satu Kota Jawa Barat tepatnya di Kota Ciamis. Aika berangkat ditemani seorang temannya yang dulu satu kelas dengan Aika waktu MA.

Dan waktupun berlalu kini Aika resmi diterima di kampus tersebut setelah mengikuti test dan OSPEK, PR Aika selanjutnya mencari pekerjaan. Sulit bukan main, kesana kemari Aika mencari pekerjaan yang jadwalnya tidak bersamaan dengan kuliahnya. Pada suatu hari Aika mengobrol dengan kakak tingkatnya dan mendapat tawaran untuk mengajar di TK dan SD. Dua-duanya Aika ambil, tidak habis disana Aika mendapat tawaran untuk mengisi tausiyah di salah satu stasiun radio, serta Aika mencoba membuka bisnis kerajinan tangan.

Tiga pekerjaan itu bertahan dalam waktu 3 semester kurang lebihnya. Pagi sampai siang Aika mengajar, siang sampai sore Aika kuliah, sore sampai magrib di radio dan selesai shalat Isa Aika lanjut dengan bisnis kerajinan tangan. Lelah, jelas lelah. Setiap hari selalu berkutat dengan kerjaan yang numpuk dan tugas kuliah yang numpuk pula. Dan dalam 3 semester itu berat badan Aika mengalami perubahan yakni turun 10 kg, Aika sangat kaget dengan itu. Lalu di semester 4 Aika ingin berhenti dari rutinitas kerja tersebut, hanya fokus pada kuliah dan organisasi kampus.

"Nak kamu turun 10 kg? Berhenti nak, kasian sama badan kamu nak. Alhamdulillah kerjaan Papa udah tetap, Papa sudah diangkat jadi karyawan" ucap Papa via telepon. "Oya? Alhamdulillah, iya Ma Pa Aika berhenti. Tapi gak papa kalau nanti Aika minta Mama dan Papa lagi. Aika kan sudah besar" jawab Aika. "Nah biaya kamu tanggungjawab Mama sama Papa. Sekarang fokus kuliah sama ikut organisasi kampus saja ya?" ucap Papa. "Iya, Ma Pa
terimakasih" jawab Aika dengan senyuman. Kini Aika sudah semester enam, sebentar lagi sudah mau menggandeng PKL, KKN, SKRIPSI dan WISUDA. Dan mimpi Aika untuk sekolah 16 tahun satu tahun lagi akan terwujud yakni SD, SMP, SMA dan S1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun