Mohon tunggu...
Omjay Labschool
Omjay Labschool Mohon Tunggu... guru blogger indonesia

Blogger Handal di Era Global wa 08159155515

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nasib Sekolah Swasta Tanpa Dana BOS: Bisakah Bertahan?

4 Juni 2025   12:31 Diperbarui: 4 Juni 2025   12:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru-guru di sekolah swasta pun tak luput dari imbas. Banyak dari mereka hanya menerima honor di bawah upah minimum regional (UMR), dan bahkan ada yang rela mengajar tanpa bayaran demi mempertahankan sekolah tempat mereka mengabdi.

Bertahan atau Gulung Tikar?

Beberapa sekolah swasta memilih bertahan dengan segala cara---mengurangi jumlah guru, menyatukan kelas dari jenjang berbeda, hingga memindahkan kegiatan belajar ke rumah pengurus sekolah. Di daerah pinggiran kota dan desa, kondisi ini sangat nyata. Ruang kelas yang sempit, peralatan belajar yang minim, dan guru yang merangkap tugas administrasi menjadi potret keseharian.

Namun tidak sedikit yang akhirnya terpaksa menutup operasional secara permanen. Data dari sejumlah asosiasi sekolah swasta menunjukkan tren penurunan jumlah sekolah swasta kecil dalam lima tahun terakhir. Penutupan sekolah swasta kecil tidak hanya berdampak pada tenaga pendidik yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga pada para siswa yang kehilangan akses pendidikan dekat rumah. Dalam banyak kasus, siswa yang terdampak akhirnya harus menempuh perjalanan jauh ke sekolah negeri atau bahkan putus sekolah.

Ini tentu berseberangan dengan semangat pemerataan pendidikan yang selama ini digaungkan oleh pemerintah. Kehadiran sekolah swasta seharusnya dilihat sebagai mitra strategis dalam membangun kualitas pendidikan nasional, bukan sebagai saingan sekolah negeri.

Butuh Perhatian Serius

Jika tren ini dibiarkan, maka akan terjadi ketimpangan yang semakin besar antara sekolah negeri yang menerima BOS dengan sekolah swasta yang kesulitan dana. Pemerintah perlu membuka ruang kebijakan yang lebih inklusif dan progresif, seperti skema BOS afirmatif untuk sekolah swasta kecil yang melayani keluarga miskin atau insentif pajak dan subsidi bagi lembaga pendidikan non-profit. Selain itu, pelatihan teknis terkait pengisian Dapodik, pendampingan manajemen sekolah, hingga kemudahan akses informasi tentang program pemerintah harus diperluas ke sekolah swasta kecil, terutama di daerah tertinggal dan pinggiran.

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan peran sekolah swasta seharusnya tidak dipandang sebelah mata. Keberlangsungan mereka penting demi menjamin akses pendidikan yang merata, beragam, dan inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kesimpulan

Tanpa dana BOS, sekolah swasta kecil menghadapi ujian eksistensi yang berat. Untuk bertahan, mereka membutuhkan dukungan---baik dari negara, masyarakat, dunia usaha, maupun komunitas lokal. Pemerintah perlu memperlakukan sekolah swasta sebagai bagian dari solusi, bukan hanya sebagai pelengkap.

Jika tidak ada langkah nyata untuk menyelamatkan mereka, kita semua akan kehilangan salah satu pilar penting dalam pendidikan nasional: sekolah yang tumbuh dari akar masyarakat, oleh dan untuk rakyat. Demikianlah kisah Omjay kali ini tentang nasib sekolah swasta tanpa dana BOS: Bisakah Bertahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun