Mohon tunggu...
Said Usmansyah
Said Usmansyah Mohon Tunggu... manusia setengah dewa

Alumni tata boga yang kini masih aktif dalam dunia pemasakan level rumahan. Anak seni rupa UNIMED yang aktif tergabung dalam aktivitas alam bebas MAPALA. Kiini Aktif mengajar di SMK Negeri 3 Lhokseumawe pada kompetensi keahlian Teknik Grafika. Penunggang skuter tua penikmat musik hingga kini masih mengumpulkan rilisan fiisk berupa kaset pita, Compact Disc dan vinyl. Terinfeksi keras oleh serbuk kafein.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persekusi

12 Maret 2025   04:43 Diperbarui: 12 Maret 2025   08:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksi pribadi : omensaid

Agama telah sempurna dengan turunnya ayat terakhir dari Al-qur’an setelah peristiwa haji wada’ (haji perpisahan), yaitu surat Al- maidah ayat 3. Ada perbedaan agama sebagai ajaran suci dan agama sebagai ilmu. Agama sebagai ajaran suci bersumber dari Allah SWT yang di bawa Rasul SAW. 

Ajaran agama telah final dengan tidak adanya penambahan atau pengurangan bahkan sampai iman zaman Mahdi Al-Muntazar wujud sekalipun. 

Ilmu agama lahir dari pemahaman ajaran agama yang terus mengalami perkembangan yang tidak terbatas pada lingkup fiqih, Tasawuf, Al-qur’an, Tarikh islam, Akhlak, Hadist, tafsir Al-qur’an, Balaghah semata. Ilmu agama terus bereksplorasi menemukan hal-hal yang baru sehingga lahirlah para cendikiawan, para ahli, ilmuwan, orang bijak dibidang  Filsafat, Antropologi, Psikologi, Etika & Moral, Sosialogi, Linguistik, Kosmologi, Kedokteran dan sebagainya dari Al-quran dan sunah sebagai sumber utama yang lahir dari ajaran agama. 

Manusia dalam mempelajari ilmu agama boleh jadi salah karena merupakan pemahaman manusia. Ilmu agama dalam prakteknya sering bereda-beda pemahamannya misalkan tentang bumi datar atau bulat, tentang teori lubang cacing, tentang adanya Alien, tentang praktek shalat, ada yang bersedekap, ada yang meluruskan tangan, ada membaca Qunut, ada yang ziarah kubur, ada yang tidak maulid. Semuanya bisa benar dan yang terpenting tidak menyalahkan satu dengan lainnya apalagi sampai mengatakan kafir.

Saya ingat perkataan Alm. Kiayi Hasyim Muzadi “dulu Wali Songo mengislamkan orang kafir, tetapi saat ini orang Islam yang dikafirkan. Ini kan kacau cara beragama kita “Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/kh-hasyim-muzadi-aswaja-hadapi-perang-dua-ideologi-transnasional-oA8sy. (diakses 12/03/2025)

Jadi tidak baik jika merasa paling benar selama belum dapat bocoran langsung dari alam barzakh. Beda persepsi atau interpretasi pada disiplin ilmu tertentu adalah barang purba dan merupakan dinamika alam fikir manusia. Keberagaman pada sudut pandang justru memperkaya khasanah keilmuan. Keberagaman tidak selalu menimbulkan perbedaan yang berujung konflik, dan jika ada perbedaan hanya seujung kuku saja, namun biasanya gaungnya lebih besar karena tergantung donatur dibalik layar. 

Kebenaran dalam ilmu agama tergantung kemampuan seseorang atau para alim ketika dirinya menghubungkan dirinya pada sumber inti ajaran Rasulullah Saw dan Alhlul baitnya yaitu Ali, Fatimah Az-Zahra, Hasan & Husein (al-ahzab:33 & hadist tsaqalain) serta para sahabat Rasulullah yg terpilih dan setia.

Dalam agama setiap aktivitas diapresiasi lewat hukum halal haram mubah dan seterusnya. Setiap aktivitas tentunya diawali dengan niat tujuannya baik atau buruk. Niat baik yang berorientasi atau mengimitasi akhlak Rasulullah SAW memiliki nilai yang sangat tinggi berupa pahala, sedangkan niat buruk diberi ganjaran dosa jika dieksekusi dengan perbuatan.

Perbuatan itu adalah bagian dari ibadah. “tidak kuciptakan jin dan manusia selain beribadah kpd-KU”. Ibadah tidaklah harus dikecilkan ruangnya dalam lingkup sholat,puasa, naik haji dst. Jika seperti itu sama artinya mengecilkan ajaran Ilahi. Ibadah itu, ruh dalam tiap aktivitas bagi para hamba-hamba Tuhan. Aku meyakini setiap aktivitas apapun dengan dasar niat yang baik merupakan ajaran para Nabi terkhusus Rasullullah SAW dan Ahlu-Baitnya serta para alim. Sebagai contoh ketika membuang sampah, memberi makan kucing, mencuci motor, membersihkan gacuk, bahkan sampai hal yang sangat sepele sehalus quatum sekalipun ketika dihubungkan dengan "bismilahi wa billahi wa 'ala sunnati Muhammad wa aali Muhammad” mudahah-mudahan terkoneksi, ibarat membuka portal pintu-pintu langit.

Wallahu a‘lam bi as-shawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun