Mohon tunggu...
Hanifa Omega
Hanifa Omega Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kajian Semiotika Mural "No Plastic Today"

17 Mei 2018   20:01 Diperbarui: 17 Mei 2018   20:09 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gb 2.1. Karya mural  dalam rangka Kampanye Anti VandalismeSumber: dokumentasi pribadi, 2018

Desain Komunikasi Visual dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Desain Komunikasi Visual biasanya memilih tema lingkungan sebagai bahasan. Pelestarian lingkungan menjadi isu yang kembali diangkat karena adanya fenomena kerusakan alam yang terjadi, seperti tidak seimbangnya ekosistem.

Masyarakat melakukan pembangunan namun tidak efektif, karena tanpa disertai adanya penghijauan kembali, salah satu kasusnya adalah badan sungai yang menyusut, akibatnya di saat musim penghujan terjadi banjir.

Dampak dari hal tersebut menimbulkan persoalan lingkungan yang biasanya disebut dengan 'bencana alam'. Menurut Dr. Sumbo Tinarbuko, M.Sn dalam buku DEKAVE Desain Komunikasi Visual -- Penanda Zaman Masyarakat Global pemeo yang menyatakan : alam akan ramah kepada manusia kalau manusia ramah terhadap alam demikian juga sebaliknya.

Faktanya, masyarakat tidak memperdulikan pemeo tersebut. Masyarakat seakan hanya pasrah menghadapi dampak dari bencana alam. Oleh karena itu desainer komunikasi visual menciptakan karya yang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat tentang menjaga kelestarian lingkungan.

Semiotik dan Kebudayaan

Semiotika merupakan ilmu yang mengkaji tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Hal tersebut dapat kita ketahui dari apa yang telah dikemukakan Barthes dari pengembangan teori Ferdinand De Sausurre. Pada perkembangannya, ilmu semiotika digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia dalam lingkup tertentu.

Berikut merupakan analisis yang dilakukan Barthes sesuai dengan sintagme dan sistem yang ada di masyarakat.

Dalam mengamati sistem busana, ia membedakan antara sintagme dan sistem. Jadi kita dapat melihat busana sebagai mencakupi perangkat unsur-unsur busana yang masing-masing mempunyai tempat tertentu pada tubuh manusia. Contoh dari sistem busana (a) tutup kepala, (b) pelindung tubuh bagian atas, (c) pelindung tubuh bagian bawah, dan (d) alas kaki.

Dalam kebudayaan busana, masing-masing mempunyai ciri fisik yan berbeda-beda dan biasanya diberi nama khusus. Misalnya, untuk (a) topi, pet, peci dan kerudung, yang berbeda dengan (b) baju, blus, jas, atau kaos oblong; (c) celana panjang, celana pendek atau sarung; (d) sepatu, sandal, selop, terompah, atau kelong.

Urutan (a) sampai (d) merupakan urutan sintagmatis setiap bagian atau gabungannya merupakan sintagme. Keseluruhan itu membentuk satu struktur. (Sumber: Hoed, Benny H. 2011:11)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun