Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Perlu Kesabaran dan Memberi Contoh dalam Mewujudkan Kebiasaan Bersih bagi Siswa di Madrasah

20 Desember 2020   10:54 Diperbarui: 20 Desember 2020   11:17 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Siswa/i sedang kerja bakti di Madrasah. Dokpri

Aspek pembelajaran atau pendidikan di sekolah sangat luas sekali, tak hanya tentang pengetahuan atau materi pelajaran yang kita ajarkan di ruang kelas. Hal apa pun yang kita lakukan di lingkungan sekolah adalah bermuatan nilai-nilai pendidikan. Salah satunya adalah tentang pembiasaan-pembiasaan.

Misalnya pembiasaan tentang sopan-santun dalam bertutur kata, pembiasaan tentang kebersihan, pembiasaan tentang toleransi dan kerja sama, dan seterusnya. 

Termasuk tindak-tanduk guru itu sendiri di sekolahan adalah unsur pendidikan tersendiri. Misalnya ada guru yang sering marah-marah (emosional) kepada siswanya, maka boleh jadi kelak kebiasaannya itu akan diikuti oleh siswanya. Juga sebaliknya, perilaku guru yang supel, menarik, penuh motivasi dan kreatif dalam mengajar, boleh jadi akan menjadi inspirasi bagi anak didik.

Contoh lain misalnya saya sering mengucapkan "maaf" dan "terima kasih" kepada siswa saya baik di SD maupun di Madrasah Diniyah. Kata maaf saya ucapkan ketika meminta tolong kepada siswa, misalnya ketika minta tolong kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu seperti mengambilkan penggaris, menyapu lantai yang terlihat kotor, dan lain-lain. Lalu setelah dikerjakan, pasti saya ucapkan "terima kasih, ya." Tujuan pembiasaan tersebut adalah agar anak-anak didik kita pun menerapkan hal yang sama dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Oh ya, kenapa saya menulis judul di atas dengan kata "di madrasah", bukan di "sekolah"? Yupz, karena memang kebetulan saya mempraktikkannya di Madrasah Diniyah, beberapa waktu yang lalu. Sebetulnya baik di sekolah atau madrasah sama saja, ya. Dengan sedikit perbedaan, barangkali.

Selepas melaksanakan tugas di sekolah dasar, siang menjelang sore saya gunakan waktu untuk ikut membantu mengajar di Madrasah Diniyah. Peserta didiknya adalah siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah atau dari Sekolah Dasar. 

Madrasyah Diniyah (MD) adalah pendidikan non formal. Tidak wajib dan tidak semenarik perhatian kepada pendidikan formal. Dengan kata lain, pendidikan di Madrasah Diniyah bertujuan untuk melengkapi "kekurangan" yang ada di sekolah. Terutama untuk memperdalam pelajaran mengaji, praktik ibadah, dan lain-lain.

Karena sifatnya yang non formal, peserta didiknya pun tak sebanyak siswa sekolah sebagaimana umumnya. Satu kelas ada yang berjumlah 10 siswa, ada yang 15, dan yang terbanyak ada yang 27 siswa. 

Di MD ini kami membagi 5 kelas: kelas pra MD (siswa usia TK), kelas 1, 2, 3, dan 4.  Masing-masing memiliki wali kelasnya tersendiri. 

Karena sifatnya yang non formal, tak sedikit dari siswa-siswi yang terkadang masuk pada hari Senin, tidak masuk di hari Selasa. Bahkan ada yang lama tidak masuk, tiba-tiba masuk lagi. Ringkasnya, siswa tidak selalu hadir setiap hari sesuai jadwal, meskipun ada juga siswa yang rajin.

Kami sebagai tenaga pendidik pun memakluminya, sekali lagi ini pendidikan non formal, ya. Namun, sebagai pendidik kami tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka. Baik dalam hal pengajaran ilmu pengetahuan (keagamaan), maupun yang berkaitan dengan pembiasaan-pembiasaan (pendidikan karakter).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun