Mohon tunggu...
Dea Olifia Nabila
Dea Olifia Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa/UINSUKA/ 24107030008

Assalamu'alaikum... "Untuk mendapatkan apa yang kamu suka, pertama kamu harus sabar dengan apa yang kamu benci" -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Nggak Harus Sempurna Kok! 5 Cara Jadi Diri Sendiri Biar Hidup Lebih Damai"

5 Juni 2025   12:41 Diperbarui: 5 Juni 2025   12:46 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering mendengar nasihat, “jadi diri sendiri aja, nanti juga bahagia.” Tapi realitanya, menjadi diri sendiri itu nggak semudah kedengarannya. Apalagi ketika lingkungan sekitar mulai menaruh ekspektasi atau bahkan komentar yang kadang nggak kita minta. Sejak SMP, aku mulai menyadari bahwa hidup ini nggak cuma berisi tawa dan kejutan manis, tapi juga getirnya kenyataan, tekanan sosial, dan omongan orang yang kadang lebih pedas dari sambal terasi.

Pengalaman pribadi yang paling aku ingat adalah saat aku meraih sebuah prestasi di sekolah. Harusnya aku senang, bangga, dan bisa berbagi kebahagiaan dengan teman-teman. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Beberapa teman yang tadinya dekat, tiba-tiba menjauh. Ada yang mulai bersikap dingin, bahkan ada juga yang terang-terangan menghindar. Aku sempat bingung, "kenapa ya, kok mereka berubah?" Padahal, aku nggak pernah bermaksud pamer atau menyombongkan diri. Aku cuma ingin berkembang dan berusaha jadi versi terbaik dari diriku sendiri.

Dari situ, aku mulai belajar satu sikap penting yaitu nggak semua orang harus suka sama kita, dan itu nggak apa-apa. Kita nggak bisa terus-menerus hidup dengan berusaha menyenangkan semua orang. Selalu ada aja yang ngomongin dari belakang, menghakimi tanpa tahu cerita lengkapnya, atau bahkan merasa terancam saat kita mencoba naik satu tangga lebih tinggi. Dan di titik inilah, aku menanamkan satu prinsip yang masih kupegang sampai sekarang “Selama hal yang kita lakukan nggak merugikan orang lain, maka kita berhak bahagia dengan cara kita sendiri.”

Sikap ini mungkin sederhana, tapi efeknya luar biasa. Rasanya seperti melepaskan beban tak terlihat yang selama ini bikin langkah terasa berat. Kita jadi bisa bernapas lebih lega, lebih jujur sama diri sendiri, dan lebih damai dalam menjalani hari-hari.

1. Terima Diri Apa Adanya

Kunci awal untuk bisa bahagia adalah dengan menerima diri sendiri. Termasuk menerima kelemahan, kekurangan, dan masa lalu yang nggak selalu cerah. Aku pernah merasa minder karena merasa nggak sepintar orang lain di kelas, atau nggak sepandai bersosialisasi seperti teman-teman yang lain. Tapi makin ke sini, aku sadar bahwa semua orang punya waktunya sendiri untuk bersinar. Dan selama kita terus bergerak, kita pasti akan sampai ke tempat yang kita tuju.

Jadi, stop membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Fokus aja pada prosesmu. Karena yang kita lihat dari orang lain biasanya cuma highlight-nya aja, kita nggak pernah benar-benar tahu perjuangan mereka di balik layar.

2. Jangan Terlalu Sering Minta Validasi

Aku juga belajar untuk nggak menggantungkan kebahagiaan aku pada pengakuan orang lain. Kadang kita ngerasa harus selalu didengar, disetujui, atau dipuji supaya merasa berharga. Padahal, validasi terbaik itu datang dari dalam diri sendiri. Kalau kita selalu menunggu pujian dari orang lain untuk merasa cukup, hidup ini bakal jadi perlombaan yang buat kita jadi makin capek.

Bukannya nggak boleh merasa bangga saat dihargai, tapi kebahagiaan sejati itu muncul saat kita tahu bahwa apa yang kita lakukan itu benar dan baik, tanpa harus dapat stempel “keren” dari orang lain.

3. Sabar Adalah Kunci (yang bisa jadi Kadang Terlupakan)

Salah satu sikap yang paling sering aku latih adalah sabar. Terutama saat merasa nggak diperlakukan adil, atau ketika orang-orang salah paham dan berkomentar seenaknya. Sabar bukan berarti diam saja tanpa melakukan apa-apa, tapi lebih kepada mengendalikan diri agar tidak membalas negatif dengan negatif. Karena pada akhirnya, yang bisa kita kontrol hanyalah respon kita, bukan perlakuan orang lain.

Lagipula, waktu selalu punya cara ajaib untuk menunjukkan siapa yang sebenarnya tulus dan siapa yang hanya hadir saat butuh doang.

4. Bahagia dengan Versi Kita Sendiri

Kita sering terlalu sibuk mencari kebahagiaan dengan cara orang lain. Padahal, setiap orang punya versinya masing-masing. Buatku, bahagia itu bisa sesimpel menikmati waktu sendiri di kamar, healing sama besti, atau nulis diary sambil dengerin lagu, atau bahkan menyibukkan diri dengan hal yang positif. Buat orang lain, mungkin bahagia itu nongkrong bareng teman atau jalan-jalan ke tempat baru. Semua sah-sah aja.

Yang penting, kita tahu apa yang bikin kita merasa hidup. Bukan cuma sekadar mengikuti arus supaya “kelihatan bahagia” di mata orang lain.

5. Jaga Circle, Jaga Energi

Seiring waktu, aku juga belajar bahwa nggak semua orang layak untuk jadi tempat curhat atau sumber semangat. Kita berhak memilih circle yang sehat dan suportif. Teman yang tulus itu bukan yang selalu ada saat senang saja, tapi juga yang nggak minder atau menjauh saat kita berkembang.

Lingkungan yang positif akan memperkuat kita untuk tetap jadi diri sendiri. Tapi kalau lingkunganmu justru bikin kamu merasa kecil, nggak nyaman, atau takut berkembang, mungkin saatnya untuk memfilter ulang siapa yang layak dekat.

Potret Seseorang Meraih Keberhasilan (Sumber: Pinterest)
Potret Seseorang Meraih Keberhasilan (Sumber: Pinterest)

Hidup ini terlalu singkat untuk terus pura-pura bahagia demi orang lain. Jadi, yuk mulai berani jadi diri sendiri. Nggak harus selalu kuat, nggak harus selalu sempurna, yang penting tulus dan apa adanya. Karena pada akhirnya, kebahagiaan itu bukan soal siapa yang paling banyak disukai, tapi siapa yang paling damai dengan dirinya sendiri.

Jadi, tetaplah berjalan di jalanmu sendiri. Pelan-pelan nggak apa-apa, yang penting tetap maju. Dan kalau ada yang bilang kamu berubah, cukup senyum dan bilang: “Aku nggak berubah, aku cuma lagi proses mengenali diriku sendiri.”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun