Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang manusia yang terus belajar, belajar, belajar pada siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Randi dan Tari

19 Oktober 2017   10:20 Diperbarui: 19 Oktober 2017   10:31 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Henri, Henri. Serah lu dah".

"Ran, gua samperin dulu ya tuh cewek. Kayaknya mau ke warungnya Mang Asep tuh. Mayan kan nanti ada dukungan moril dari Mang Asep. Gak kayak lu. Sok idealis dalam cinta. Nyatanya gak pernah ada yang nempel sama lu selama ini di kampus. Hahahaha".

"Cinta yang murni adalah cinta yang platonik. Kata Soe Hok Gie tuh. Gua masih pegang kalimat itu sampe entar kelar sarjana. Liat aja entar gua bakal dapetin cewek kayak gimana".

"Hahahaha. Oke bos. Gua tunggu malaikat jelita lu. Kelamaan banget dah nunggu kelar sarjana. Keburu lapuk lu ! Gua kejar dulu tuh cewek. Bye bro", ucap Henri sambil berlari meninggalkan Randi.

"Sana pergi. Semoga lu gak di-PHP-in lagi sama kayak Monica. Karma lu mainin cewek terus", timpal Randi sambil membalikan badannya kembali berjalan menuju perpustakaan. Dia teringat apa yang terjadi pada Henri sahabatnya ketika ditinggalkan oleh kekasihnya yang entah keberapa, Monica. Henri demam tinggi selama satu minggu bahkan sampai masuk ke rumah sakit.

Randi sampai di perpustakaan FIB UDU. Ya, dari segi pelayanan memang bisa dikatakan perpustakaan ini tertinggal jauh dari perpustakaan-perpustakaan fakultas tetangga. Daftar hadir di perpustakaan ini masih menggunakan daftar kunjungan konvensional. Kita harus menuliskan nomor urut kunjungan, nama, dan mencentang dari jurusan mana kita berasal.

Penelusuran pustaka yang ingin kita baca pun sama. Kita harus mencek satu per satu rak buku yang ada di ruangan utama perpustakaan maupun ruangan referensi. Sangat tidak efektif. Buku-buku yang tersaji pun buku-buku lama. Yang kertasnya sudah berdebu, lapuk, bahkan sobek. Jarang sekali selama ini atau bahkan tidak ada sama sekali penambahan buku, perevisian cetakan buku terbaru untuk menggantikan buku yang sama yang telah dimakan usia, serta penyortiran penempatan buku-buku. Kadang terjadi buku karya sastra tersimpan di rak karya sejarah dan sebaliknya. 

Meskipun perpustakaan-perpustakaan fakultas lain telah menerapkan konsep digitalization library, hal ini tidak mengurangi semangat Randi untuk berziarah hampir setiap hari ke pusat ilmu ini. Meskipun minat baca mahasiswa FIB UDU dari tahun ke tahun semakin mengkhawatirkan, Randi yakin suatu saat itu bisa berubah. Dimulai dari individunya dulu, termasuk Randi. Randi jadi teringat ketika dia mengikuti pengajian kitab kuning Ta'lim Muta'alim. "Memang benar kata pak Ustadz Rahmat itu.

Ketika kita memuliakan ilmu, maka kita akan memuliakan pemilik ilmu itu, ketika kita memuliakan pemilik ilmu itu, maka kita kita akan memuliakan buku". Maksudnya Randi ialah kita akan memuliakan buku karya para pemilik ilmu itu. Luar biasa. Ditengah carut marut pengurusan pendidikan di perguruan tinggi dan kebangkrutan moral generasi muda, Randi masih sempat menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian kitab kuning. Memang secara latar belakang kultural keagamaan, dia berasal dari kalangan Islam tradisionalis.

"Bu, koran PR palih mananya?", tanyanya pada pegawai perpustakaan.

"Tadi mahdi rak yang biasa Ran". Timpal ibu pegawai perpustakaan. Dia memang sudah akrab dengan Randi yang hampir setiap hari berziarah ke perpustakaan fakultas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun