Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah

Hai, saya Okti. Menulis adalah upaya saya untuk mempraktikkan misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Romantisme Masa Lalu Ala Gen X

16 Mei 2025   19:23 Diperbarui: 27 Mei 2025   09:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurt Cobain (Dok.pribadi)

Dalam perkara musik ini, semua Gen X pasti punya bank memori khusus jika menyangkut lagu-lagu yang kami dengarkan pada saat itu. Sedang jatuh cinta? Dengerin aja lagu-lagu Boyband, Celine Dion, Whitney Houston, Mariah Carey, atau Kahitna. Kesel atau pengen marah? Puter lagunya Nirvana, Bon Jovi, atau Metallica biar bisa teriak-teriak untuk melepaskan emosi. Pengen nge-dance? Lagu-lagu Michael Jackson, Spice Girl, Vanila Ice, atau beberapa Boyband pas untuk itu. Kalau lagi nongkrong bareng temen-temen, mungkin lagunya U2, Sting, dan Dewa 19 cukup nyenengin untuk sayup-sayup didengar.Saat itu, kaset, radio, MTV, dan walkman adalah kenangan manis kami terkait musik. Dan, berbeda dengan generasi sekarang yang dapat dengan mudah memiliki playlist melalui platform seperti Spotify, Gen X harus sedikit berjuang untuk memiliki playlistnya. Kami perlu kaset kosong, tape dan radio, atau dua tape (satu untuk memutar lagu dan satu untuk merekamnya) buat merekam lagu favorit kami. Tentu saja jadi butuh waktu untuk mengumpulkan semua lagu atau musik favorit kami dalam satu kaset. Itu cara yang cerdik, kan? Tapi, ah, mari bersyukur sajalah dengan keberadaan platform Spotify saat ini :-D

Budaya ngafe atau nongkrong di cafe belum marak saat itu. Jika ingin ngumpul, mengerjakan tugas sekolah/kuliah, atau sedang bosan di rumah, biasanya kami akan main ke rumah teman, nonton ke bioskop, atau malah nge-mall (yang kedua terakhir mungkin hanya berlaku untuk mereka yang tinggal di kota besar). Uang saku atau gaji kami kebanyakan habis bukan untuk ngafe, jajan Go/Grab/Shopeefood, atau rutin beli produk skincare, melainkan untuk membeli buku, komik, kaset, majalah, atau benda-benda koleksi seperti topi, aksesoris, pin, dsb. Itu pun biasanya kami beli setelah beberapa saat menabung. Dibanding Milenial atau Gen Z, kami jauh lebih baik dalam mengatur keuangan. Kami bisa menahan diri untuk mendapatkan sesuatu serta menyisihkan uang untuk menabung. Gaya hidup frugal sangat tidak asing bagi kami, meski sebetulnya kami belum kenal dengan istilah frugal living. Gaya hidup ini pula yang mungkin menyebabkan Gen X jauh lebih baik dalam berinvestasi dan memiliki properti dibanding generasi sesudahnya.

Namun, ada banyak juga sisi negatif Gen X yang terbentuk karena situasi dan kondisi pada masa-masa itu. Penggunaan narkoba, sinisme, anti kemapanan, materialisme, dan sikap apatis menjadi hal-hal yang sangat terkait dengan Gen X, yang akan terlalu panjang jika dijabarkan di sini. Akan tetapi, secara umum semua hal yang saya sebutkan di atas adalah hal-hal yang terbukti membentuk Gen X menjadi generasi yang tangguh dan adaptif dalan melintasi zaman. Dan, hal-hal itu seharusnya diwariskan oleh orang tua Gen X kepada anak-anak Gen Z mereka. Meski Milenial dan Gen Z juga memiliki keunikan dan keistimewaannya sendiri, tetapi tak ada salahnya jika mereka belajar dari karakter Gen X agar tak mudah kena mental, tak dicap generasi strawberry, dan mampu menghadapi tantangan zaman yang kian berat.

Punya cerita asyik sebagai Gen X? 

Yuk, tambahin di kolom komentar, biar yang lain bisa ikut membayangkan betapa asyiknya bertumbuh sebagai Gen X pada masa lalu.

     

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun