Mohon tunggu...
Oktav Primas Aditia
Oktav Primas Aditia Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik

Manusia biasa-biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Inklusi, Harapan yang Diharap

19 Maret 2024   14:08 Diperbarui: 26 Maret 2024   07:22 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Kegiatan siswa di SD Negeri Barusari 01, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/11/2023). Di sekolah itu ada 17 siswa berkebutuhan khusus. (KOMPAS/KRISTI D UTAMI)

Seperti pada beberapa sekolah yang diharapkan melaksanakan atau ditunjuk untuk menggunakan pendidikan inklusif, tidak jarang tenaga pendidik atau guru masih gamang mengenai apa dan bagaimana itu pendidikan inklusif. 

Rata-rata mereka bingung bagaimana menyikapi dan menanggani apabila ada peserta didiknya yang berkebutuhan khusus. Pengelola sekolahnya pun memiliki keluhan yang sama.

Kegamangan akan teknis bagaimana pendidikan inklusif ini diimplementasikan ke dalam sekolahnya, menjadi salah satu indikasi bahwa ada yang miss dalam proses penanaman pemahaman pendidikan inklusif di sekolah-sekolah. 

Apabila diamati, program mengenai bagaimana pengimplementasian dari pendidikan inklusif ini masih terbilang kurang massif, sehingga sangat wajar banyak guru yang tidak memahaminya. 

Lalu bagaimana harapan besar dari dicanangkannya model pendidikan inklusif ini dapat terwujud? Kalau saja pihak yang berada digarda paling depan kurang paham akan konsep ini. 

Sebuah hal baru memang sering mendapatkan hambatan dan tantangan, oleh karena itu upaya-upaya penanaman pemahaman baik bersifat filosofis hingga teknis harus bersifat lebih massif. Pada hal ini peran aktif pemerintah masih cukup dibutuhkan.

Selain itu sepertinya kita masih membutuhkan role model dari sekolah yang dianggap sudah baik dalam mengelola sekolahnya menjadi sekolah inklusif. 

Adanya role model sebetulnya menjadi salah satu upaya yang cukup efektif dalam upaya menyebarkan hal-hal baru, seperti pendidikan inklusif ini. Sehingga sekolah-sekolah yang belum mencapai sebagai sekolah inklusif yang ideal, dapat memiliki beberapa referensi apa dan bagaimana konsep pendidikan inklusif itu berjalan. Jangan sampai sekolah inklusif hanya menjadi label saja, tapi didalam pelaksanaanya jauh dari apa yang diharapkan.

Ibarat seperti memindahkan tanaman ke tempat lainnya, penerapan sistem pendidikan yang ada di tempat lain belum tentu akan cocok dengan tempat yang berbeda. Tujuan melihat role model bukan berarti menduplikat penuh ke ruang kelas atau sekolah kita. 

Setiap sekolah bahkan mungkin ruang kelas pastinya mempunyai karakter yang khas, yang perlu kita pelajari adalah bagaimana role model yang kita jadikan pilihan itu mampu menumbuhkan sistem yang sudah dinilai berhasil.

Keberhasilan pendidikan memang tidak dapat terlaksana dengan baik apabila hanya didukung oleh satu pihak saja. Tumbuhan tidak akan dapat tumbuh dengan baik dan sempurna bahkan dapat mati apabila iklim dan kondisi tanah tidak mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun