“Ngga ada. Lagian nih ya, kalo ada yang ketok-ketok di jendela, pasti lo bisa sadar. Terus juga itu kan lantai 4 dan malam ini gak ber-angin. Pasti gak mungkin kalo ada yang gedor-gedor jendela kalo gak ada yang bunyiin,” jelas Irene.
Mendengar penjelasan Irene, Vega terdiam. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang aneh. Namun, ia tidak mau mengingatnya lagi. Cukup sudah ditakuti saat jurit malam ini, Vega tidak mau ada pengalaman jurit malam lainnya.
*****
“Kok tadi lo teriak duluan dah? Kan tadi kita janjiannya tuh lo kagetin mereka. Mereka kaget, jalan bentar, terus gua muncul. Abis itu lu ikutan kaget. Kenapa tadi lo malah kaget duluan sebelum gua muncul coba? Pas kelompok-kelompok sebelumnya kan udah lancar, kenapa pas kelompok terakhir malah beda?” tanya Nico kepada Vito setelah mereka selesai rapat evaluasi harian.
Nico penasaran dengan yang sudah terjadi tadi. Meskipun ia merasa puas karena berhasil mengerjai adik kelasnya, Nico juga penasaran dengan reaksi Vito yang tidak sesuai dengan perjanjian yang sudah ditetapkan sebelumnya.
“Lo-nya juga ngagetin tadi. Ngapain coba lo pake ketok-ketok jendela segala? Kan gua jadinya keburu kaget. Abis itu lo juga kayak lari bayangannya, beda dibanding sama yang sebelumnya. Ya gitu jadinya,” protes Vito saat ia mengingat kejadian tadi.
“Ketok-ketok jendela? Masa sih? Gak ada kok, gua kan dari awal ngumpetnya di samping lemari. Lemari sama jendela kan beda sisi. Gua pikir tadi karna lo pada udah teriak, yauda gua muncul aja sekalian,” bela Nico sambil sedikit menggaruk kepalanya. Ia merasa ada sedikit kejanggalan di sini.
“Iya, sumpah itu tadi serem banget. Abis nengok ke arah jendela, terus gua ngeliat ke samping, ada bayangan hitam gitu. Lari-lari pula. Padahal kan daritadi lo cuma muncul doang. Gua kira karena kelompok terakhir, makanya lo total. Yauda, karna gua pikir itu lo, gua sekalian aja teriak kenceng. Jadi biar takutnya juga lebih natural dikit karena gua emang beneran takut,” balas Vito menjelaskan apa yang ia rasakan tadi.
“Hmm, ada yang aneh sih. Yauda gimana kalo kita balik lagi ke kelas tadi. Buat buktiin kalo lo tuh salah liat dan gua sebenarnya udah sesuai rencana,” sahut Nico. Vito mengangguk lalu mereka berdua pergi kembali ke ruangan kelas di mana mereka berjaga tadi.
Sesampainya di sana, Nico menunjuk tempat persembunyiannya tadi. Sambil mengangguk, Vito menyadari bahwa Nico memang tidak mungkin mengeluarkan suara di jendela jika Nico berada di lemari. Sambil melihat sekeliling, Vito melihat ada sesuatu yang aneh di jendela kelas, tempat di mana Vito mendengar suara ketukan.
“Nico, lo liat deh, di sana kayak ada kertas gitu,” ucap Vito sambil menujuk lantai yang berada tepat di bawah jendela.