Mohon tunggu...
William Oktavius
William Oktavius Mohon Tunggu... Lainnya - Welcome to my opinion :)

Just Do It

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jadi, itu Siapa?

21 Januari 2021   19:00 Diperbarui: 21 Januari 2021   19:09 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Iya, njir. Apalagi pas torso-nya itu tau-tau ada di samping pintu. Mana muka-nya gitu lagi. Untung gak gerak patungnya,” balas Vega sambil sedikit bergidik.

Sesaat kemudian, mereka tiba di pos terakhir. Mereka mencari petunjuk yang diperlukan sebelum kembali ke ruang kumpul. Saat sedang berdiri di depan kelas, Kevin tiba-tiba merasa ada angin hangat berhembus di lehernya.

“Ga, feeling gua gak enak nih,” ucap Kevin sedikit terbata karena ada hembusan angin hangat itu.

“Ke…kenapa?” tanya Vega sedikit panik. Belum sempat Kevin menjawab, Vega sudah menjerit. Ia melihat sesosok dengan topeng putih berada dibelakangnya. Mencoba menghindari topeng itu, Vega menarik Kevin ke dalam kelas. Terdengar suara ketukan dari jendela. Perlahan, Kevin mencoba melirik ke samping, tidak ada apa-apa.

“Huaaaaaa!”

Suara teriakan dari Vito membuat Kevin dan Vega ikut berteriak. Sekelabat, Kevin melihat ada bayangan hitam melintas dari satu sisi kelas ke sisi lainnya. Kevin kembali berteriak. Sementara itu, Vega melihat ada kertas di salah satu sisi kelas. 

Vega mencoba untuk mengambil kertas itu. Tetapi saat hendak mengambil kertas itu, Vega merasa ada yang menghembuskan angin di belakang kakinya. Angin yang berhembus terasa hangat. Vega menjadi panik dan langsung mengambil kertas itu. 

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari jendela. Tidak berani melihat apa yang ada di atasnya, Vega mencoba untuk menundukkan pandangannya. Kevin yang langsung berpindah ke pintu kelas kemudian meminta Vega untuk segera pergi dari kelas ini. Berhasil mengambil apa yang diperlukan, mereka berdua segera meninggalkan ruang kelas tersebut. Terlalu menyeramkan.

“Gila, gila. Ruang kelas bener-bener dah. Auranya gak enak banget. Udah dikagetin, topeng warna putih, bayangan hitam jalan-jalan, ketok-ketok jendela. Gua sampai gak berani buat nengok ke atas gara-gara udah parno duluan. Sumpah dah,” omel Vega sesampainya dia di ruang kumpul. Ia sudah menenangkan dirinya kembali dan sekarang Vega sudah kembali normal nafasnya.

“Ketok-ketok jendela? Lo gak salah?” tanya Irene, salah satu siswi baru juga, keherenan mendengar omelan Vega.

“Loh, emang lo gak ada tadi?” tanya Vega balik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun