Mohon tunggu...
William Oktavius
William Oktavius Mohon Tunggu... Lainnya - Welcome to my opinion :)

Just Do It

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersukacita Menyambut Masa Natal

24 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 24 Desember 2020   18:03 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: kaj.or.id)

Gloria in excelsis Deo....

Lilin-lilin yang berada di tangan kita perlahan dinyalakan. Lilin natal yang sudah dipersiapkan kini sudah terang menyala. Nyanyian dan sorak-sorai sudah mulai menggema. Ya, masa natal sudah tiba. Penantian yang sudah kita jalani selama masa adven sudah selesai. Sang juru selamat sudah lahir ke dunia dan menjelma menjadi manusia. Sukacita menyambut kelahiran sang Kristus pun menggema. 

Salah satu ciri khas dari misa malam natal yang biasa kita lakukan yaitu menyalakan lilin. Ini menandakan bahwa kita siap menerima terang yang sudah tiba itu. Sebagai simbol juga bahwa kita menerima sang terang itu ke dalam diri kita. Kemudian jika kita perhatikan, saat menyanyikan lagu kemuliaan, maka gong dan lonceng akan dibunyikan. Ini seolah ingin menyebutkan bahwa kita bersuka-ria bersama menyanyikan madah kemuliaan bagi Tuhan dan ditemani oleh nyanyian para malaikat. 

Kemudian ada ornamen-ornamen yang biasa kita temui pada saat hari raya natal. Kandang natal tempat kelahiran Kristus di-desain sedemikian rupa agar kita bisa turut menghayati malam yang begitu kudus ini. Lahirnya sang Kristus ditemani oleh para gembala dan juga bala tentara surga. 

Terdapat juga bintang betlehem yang menandakan bahwa sang terang sudah lahir. Bintang ini lah yang nantinya akan menuntun 3 orang majus untuk menyembah Kristus dan akan kita peringati pada saat hari raya penampakan Tuhan (minggu pertama januari). 

Lalu ada juga pohon natal yang sudah dihias dengan ornamen natal. Meskipun sebenarnya pohon natal ini awalnya tidak terkait mengenai kelahiran Kristus, namun karena tradisi yang sudah berjalan sekian ratus tahun membuat natal rasanya tidak lengkap jika tidak ada pohon natal. 

Pohon cemara ini dipilih karena di saat musim salju di belahan bumi utara, pohon cemara masih kokoh berdiri dan tidak gugur daunnya. Ini menyimbolkan bahwa seperti Kristus nantinya akan tetap berjaya sekalipun maut tiba.

Nuansa yang tersaji dalam masa natal ini adalah kebahagiaan. Kita bahagia karena Tuhan sudah begitu baik kepada kita. Berkat kasih-Nya kepada manusia, Ia mengirimkan putra-Nya sendiri untuk hadir ditengah-tengah kita dan membebaskan manusia dari jerat dosa. Selain itu, sukacita natal juga hadir karena kita yakin dan percaya bahwa keselamatan itu benar adanya. Dengan datangnya Kristus, maka kita juga percaya bahwa nantinya ketika akhir zaman tiba, kita akan diselamatkan oleh-Nya. 

Meskipun natal biasa kita rayakan dengan meriah, namun karena adanya pandemi Covid-19 membuat kita harus "mengerem" sejenak pesta dan perayaan yang sudah kita nantikan ini. Untuk mencegah agar virus tidak semakin menyebar, maka kita dihimbau untuk merayakan natal yang sedikit berbeda pada tahun ini. 

Dengan membawa kesederhanaan, kita berharap agar natal tetap dapat kita rayakan dan juga kita bisa ikut membantu mengendalikan penyebaran virus. Walaupun kita merayakan natal secara sederhana, hendaklah jangan sampai makna natal itu sendiri ikut hilang. 

Natal sendiri membawa kedamaian. Maka kita pun berharap, dengan natal yang sederhana ini, kita tetap senantiasa dapat merasakan kebahagiaan dan kedamaian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun