Mohon tunggu...
Oktavia Purnama Dewi
Oktavia Purnama Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Its Me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Badut

13 Februari 2024   13:29 Diperbarui: 13 Februari 2024   13:33 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita makan opor ayam ya, Emak sudah masak untuk kamu". Emak masih mengusap wajah bisu Varro. " Bangun, Ro...bangun, Emak mau memelukmu sekali lagi". Kali ini Emak benar-benar tak bisa membendung tangisnya.

Halle bersandar pada bahu Emak, dan berkata " Varro nitip ini, Mak.." Ia menyerahkan buntelan yang diambil dari genggaman Varro.

" Varro...jangan pergi, kita main lagi besok di lampu merah, bajumu masih ku simpan di sana". Pekik Halle.

Pada langit pukul 9 pagi yang mendung, langit kelabu Nampak murung, seperti ikut melepaskan kepergian Varro, di gundukan tanah basah, Varro beristirahat dengan seribu kesunyian. Ada rindu yang sakral hingga dekapan hangat menghantar paragraph-paragraf duka... selamat jalan Varro.

Varro, semesta menyayangimu. Kamulah yang mengerjab diingatan emak dan aku . Membagi pijarnya pada temaram di hatiku. Aku tahu kamu masih bernyawa di lampu merah jalanan...bersamaku.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun