Mohon tunggu...
Oktavia Purnama Dewi
Oktavia Purnama Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Its Me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Badut

13 Februari 2024   13:29 Diperbarui: 13 Februari 2024   13:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berangkat, Mak..." pamit Varro sembari mencuim punggung kerut tangan Emak yang setengah renta. Percikan  harapan pada seorang bocah untuk menggapai impian.

" Pulang senja lagi, Varro, sebenarnya apa yang kamu kerjakan, tugas sekolah kok setiap hari?" pandangan Emak sayu. Ada keraguan jelas terlintas di sudut matanya.

" Iya, Mak paling dua hari lagi sudah selesai". Jawab Varro seakan bisa menakar pundi-pundi recehan di lampu merah. seakan bisa tahu kapan ia akan mengakhiri tugas badutnya.

Sekali lagi Varro memandang wajah tua milik emak. Daster biru usang kesayangan Emak tak luput dari pandangan Varro. Wanita yang memiliki warna pada telapak tangan perasa. Yang selalu menunggu cahaya senja di akhir pandang langit.

"Maafkan Varro, Mak...." Ucap bocah berkulit sawo matang itu dalaam hati. Lalu melajukan sepeda menuju gerbang jelajah pundi-pundi receh.

Raga yang dibasahi peluh tak Lelah memberikan senyum dan tarian hangat di persimpangan dan terik surya.


BRAAAKKK

" Varro......Varro....." teriak Halle sambil terpontang panting memaki jalanan yang bergerumun manusia.

"Varoo .....banguun Varro...." Halle mendekap tubuh Varro yang tergenang aliran darah dari kepalanya.

Halle mendongakkan kepalanya memandang orang-orang yang melihatnya, matanya penuh harapan untuk mengetahui siapa yang menabrak sahabat kecilnya itu. Tapi ingatannya terang akan lelaki tua yang menobos keluar dari kerumunan dan meninggalkannya dengan mengendarai motor. Yang terlihat jelas adalah jalannya lelaki tua itu persis dengan bapak badut di lampu merah.

Perlahaan rinai mengguyur jalanan menuju senja. Dengan kemajemukan manusia berlalu mencari teduh. Halle masih memangku tubuh Varro yang lemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun