Hal ini menandakan bahwa kesadaran pengelolaan ruang publik adalah tanggung jawab bersama, bukan semata tanggung jawab pemerintah.
Enam indikator tersebut adalah The Intensity of Use (Jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas), The Intensity of Social Use (Jumlah orang yang dalam kelompok), People Duration`s of Stay (Waktu yang dipergunakan dalam melaksanakan aktivitas), Temporary Diversity of Use (Penggunaan ruang), Variety of Use (Jumlah tipe aktivitas yangterlibat), Diversity if Users (Keberagaman karakteristik pengguna ruang-gender dan usia).
Kedepan penulis meyakini berbagai pihak mulai dari pemerintah kota, swasta, perguruan tinggi dapat berkolaborasi untuk mendorong optimalisasi Taman Merdeka sebagai ruang publik kebanggan warga Kota dan juga taman-taman lainnya yang ada di Kota Metro. Peningkatan fasilitas, gelaran even-even kreatif akan mendorong Metro menjadi kota yang semakin berbudaya.
Partisipasi, Nalar Publik dan Kreativitas
Kota Metro sejatinya telah memiliki banyak ruang pubik seperti taman-taman kota, mesti dimaknai oleh warga kota Metro sebagai ruang yang mengandung fungsi sosial dan kultural sebagai dasar penguatan sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam melakukan proses pembangunan.
Partisipasi warga menjadi sangat penting untuk menjamin keberlangsungan fungsi-fungsi ruang publik tersebut sebagai sarana belajar dan berkreatifitas warga kota.
Taman-taman kota yang ada di Metro sudah saatnya kembali diaktifkan sebagai ruang publik yang tak hanya berfungsi sebagai sarana estetika semata melainkan juga sebagai ruang kreatifitas berbagai komunitas.
Belakangan ruang-ruang publik di Kota Metro perlahan juga berfungsi menjadi medium komunikasi. Lewat Ruang publik warga dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif.dengan demikian ruang publik merupakan sarana warga berkomunikasi, berdiskusi, membangun nalar publik, berargumen, dan menyatakan sikap terhadap problematika kota.