Dalam Nawacita disebutkan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi berkomitmen mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis, khususnya kedaulatan energi. Untuk mewujudkannya, Presiden Jokowi mencanangkan program "35.000 Mega Watt Listrik untuk Indonesia" .
Hal itu didasari oleh pertimbangan bahwa listrik merupakan kebutuhan utama untuk mewujudkan kemandirian ekonomi suatu negara. Tak akan mungkin bisa mandiri bila sumber energi masih kurang atau tergantung pada pihak lain.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi mendorong adanya program 35.000 MW listrik tersebut. Hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk menciptakan kemandirian energi dengan memanfaatkan secara optimal sumber-sumber energi terbarukan.
Energi terbarukan ini menjadi sangat penting sebab diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam 12 tahun, gas habis dalam waktu 30 tahun dan batu bara habis dalam 60 tahun.Â
Harapannya, dengan pasokan listrik yang memadai, merata dengan harga yang terjangkau bisa meningkatkan pertumbuhan investasi dan ekonomi masyarakat.
Program pembangunan listrik itu juga akan memberikan dampak ekonomi yang besar, diantaranya, memberikan peluang kepada 620 ribu tenaga kerja secara langsung dan 3 juta tenaga kerja secara tidak langsung yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pemikiran itu seperti yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo ketika meresmikan peluncuran program "35.000 Mega Watt Listrik untuk Indonesia" untuk lima tahun ke depan pada 2015 lalu di Goa Cemara kawasan pantai Samas di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga tahun pasca program itu diluncurkan kemajuan yang signifikan sudah mulai tampak. Hingga awal tahun 2018, dari Program 35 ribu MW, pembangkit yang telah beroperasi mencapai 1.358 MW, di mana 466 MW dibangun PLN. Sementara sisanya, sebesar 892 MW dari pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP).
Pembangkit yang telah beroperasi rata-rata di luar Pulau Jawa, diantaranya, tersebar di wilayah Sulawesi dengan total 538 MW. Disusul Sumatera 455 MW, Maluku dan Papua 135 MW, Kalimantan 126 MW. Sedangkan sisanya tersebar di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 104 MW.
Kemudian, saat ini pembangkit listrik sebesar 17.096 MW sudah memasuki tahap konstruksi. Sebesar 5.657 MW dibangun PLN dan 11.439 MW berasal dari pengembang swasta.
Dari proyek 35 ribu MW tersebut, 17.096 MW atau sekitar 48 persen sudah masuk tahap konstruksi. Sementara 12.724 MW lainnya sudah kontrak, namun belum kontruksi.Â