Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepeda Tua, Berkah Dagangan

15 September 2022   18:50 Diperbarui: 15 September 2022   18:58 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Jasa sedang melayani pembeli (dokpri)

"Iya pak," sahutku.

"Kalau pendapatan tak menentu ya. Sebab saya jualan punya orang juga. Keuntungan dari setiap porsi yang laku. Kadang sehari bida dapat 300 ribu. Kalau ramai bisa 700 ribu.,"

"Itu punya pendapatan bersih? Saya pikir pak jasa bosnya" tanyaku

"Oh tidak. Itu buat setoran yang laku. Nanti dari hasil itu, baru bos atau pemilik ngitung berapa yang laku," bebernya.

Pak Jasa lantas bercerita, sejak tahun 1988 silam, ia sudah melakoni profesi ini. Ia mengambil dagangan pada salah satu kenalan atau bos lalu. Bedanya, kata pak Jasa, bosnya dulu memfasilitasi semuanya. 

Sepeda, uang makan, ngopi dan lain-lain. Itu diluar setoran.  Di jaman orde baru, dagangan seperti siomay memang belum banyak. Begitu pun dengan perkembangan manusianya. Namun, setiap berapapun yang dibawa untuk dijual selalu laku. Duit gampang didapat, apalagi kalau mangkal di depan kantor.

"Jaman Pak Harto dulu, pegawainya ; Pegawai Pemerintah, royal-royal. Satu bosa bisa traktir satu kantor. Bos atau pimpinan di jaman itu banyak duit bahkan kembalian dua rebu tiga ribu tidak usah di ambil. Kan kamu tau sendiri di jaman itu gimana, punya duit dna sejaterah semua orang-orang itu," jelasnya.

Beda dulu beda sekarang. Semakin kesini, bos pertamanya gulung tikar. Orang yang terkenal baik itu terdampak krisis moneter 1998. Pak Jasa pun sempat berhenti beberapa saat dan pulang kampung.

Di situasi kala itu, ia bertahan hidup dengan memanfaatkan pekarangan rumah menanam segala jenis umbian. Pria penyuka ikan asin ini lantas kembali melanjutkan berjualan siomay setelah ajakan temannya atau bosnya saat ini.

Bedanya saat ini, makan, ngopi dll ditanggung sendiri. Tekanan ekonomi dan sulitnya penghasilan membuat mereka harus hemat-hemat. Sehingga setiap berdagang ia harus punya pegangan. Dan sepeda yang dipakainya, merupakan sepeda punya sendiri. 

Di pandemi kemarin. Segalanya justru menjadi lebih susah. Dalam sehari ia hanya mendapatkan 50 ribu untuk di bawa pulang. Ia pulang pergi  setiap hari dari Bogor-Jakarta. Beda dengan dulu, ketika sampai Jakarta harus ditempuh hingga sehari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun