Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demi Anak, Saya Berhenti Jadi Debt Collector

7 Agustus 2022   23:07 Diperbarui: 7 Agustus 2022   23:16 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" kalau saya ma jarang nagih di jalan. Saya lebih senang nagih di rumah. Kadang disuguhi teh sampai di kasih ongkos sama tuan rumah," bebernya.

Pelanggan jika di jelaskan dengan baik pasti paham dan mau membayar. Tidak perlu kekerasan. 

Ia pun mengungkapkan sesuatu yang unik. Bahwa konsumen kelas ekonomi kebawah biasanya paling taat dan ramah saat di tagih sementara kalangan menengah ke atas biasanya sangat rumit ketika ditagih.

Mulai dari tidak dilayani, kabur bahkan hingga menyewa preman lain untuk menghadapi mereka.

" Boro-boro di terima, dibukain pintu saja tidak. Jadinya ya solusi yang paling tepat datang ke kantor tempat ia bekerja dan menagih di sana." ujarnya mengingat.

Kebandelan konsumen inilah yang pada akhirnya banyak debt collector menggunakan kekerasan. Sebab, jika tidal dibayar maka mereka pun bakalan tidak mendapat pemasukan.

Walau begitu sangat jarang terjadi konflik terutama antar debt collector seperti mereka maupun ketika menagih di wilayah kekuasaan orang lain.

 Jika memasuki kawasan orang lain, mereka biasanya meinta izin terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Meskipun kadang juga kebablasan dan harus bakupukul. Namun itu sangat jarang.

Roby seingatnya bekerja sebagai debt collector selama hampir 10 tahun sebelum ia memutuskan keluar mempunyai anak. Hal itu ia lakukan ketika sang anak yang baru berusia 12 tahun menegurnya agar tidak lagi melakukan pekerjaan tersebut.

"Papa, cari pekerjaan lain. Pasti ada yang beli dan halal kok. Dari pada papa kerja nagih duit orang. Dosa loh kasih makan kaka duit haram," ingatnya sembari pandangannya diarahkan ke jalanan.

Anaknya terus mengingatkan sehingga ia kemudian keluar lalu mencari pekerjaan lain. Ia bekerja sebagai kuli bangunan hingga ke Batam, namun karena gaji kecil ia putuskan untuk pulang. Kemudian menjadi juru parkir ketika apartmen baru selesai dibangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun