Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Potensi Produksi Kenari di Maluku Utara

24 Agustus 2021   09:40 Diperbarui: 24 Agustus 2021   14:06 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah mekanisme pasar (permintaan-penawaran). Di tingkat konsumen harganya begitu tinggi akan tetapi di tingkat petani harganya begitu rendah.

Setelah keluar dari toko kue tersebut saya terus memutar otak "ada apa", walaupun belakangan klaim pemerintah daerah berhasil melakukan ekspor ke Italia dan Finlandia, tetapi kondisi rill di lapangan justru masih sangat jauh. Tidak ada efek multiplayer ke tingkat petani.

Salah satu hal yang menjadi perhatian ialah tidak adanya pemanfaatan produk turunan. Selama ini, salah satu produk yang turun temurun diusahakan masyarakat ialah halua kenari. 

Produk berbahan kenari ini memiliki proses pembuatan yang unik. Kacang kenari yang sudah kering kemudian disangrai, lalu diberi gula merah kemudian diaduk hingga keras dan saing lengket. Kemudian dicetak berdasarkan ukuran bungkusan. 

Bungkusan yang umum dipakai di Maluku Utara ialah daun pisang. Walau belakangan ada sedikit inovasi dengan packaging yang unik untuk menembus pasar lokal maupun nasional.

Produk ini oleh masyarakat juga belum diarahkan pada penciptaan nilai rupiah. Artinya, masyarakat akan membuat halua kenari hanya untuk dikonsumsi dan kebanyakan alias umumnya untuk dikirim ke sanak keluarga yang memesan.

Padahal, produk halua kenari sangat diminati dengan harga yang begitu tinggi. Untuk ukuran kecil saja bisa dijual 10-15 ribu rupiah di pasar konsumen.

Produk kenari (daerahkita.com)
Produk kenari (daerahkita.com)

Selain itu, pemanfaatan turunan seperti kulit alias cangkang kenari juga terbilang masih rendah. Hanya digunakan sebagai sumber api di tungku-tungku warga. Padahal limbah produksi satu ini bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket. 

Menurut Nelfianti et al (2009) analisis ekonomo sangat layak untuk dikembangkan dengan R/C sebesar 1.9.

Kelemahan-kelemahan ini kemudian menjadi pendorong bagi pemerintah daerah hingga akademisi menggerakan Bumdes akan tetapi itu hanyalah sesaat. Sebab setelah pembentukan Bumdes di mana-mana, justru proses pembinaan jadi terbengkalai dan pada akhirnya mati dengan sendirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun