Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentram

24 Agustus 2021   20:18 Diperbarui: 24 Agustus 2021   20:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Regionalkompas.com

Ku titipkan sebentar imanjinasiku pada mentari yang baru saja pergi, setelah kesunyian datang menyapa. Hiruk pikuk kebisingan hilang tak bersapa.

Ambis dan kuasa, tak leluasa. Tak ada yang berkuasa atau siapa ambisi berkuasa. Tak seperti di kota yang yang haus kuasa. Tersingkir oleh bunyi jangkrik dibalik kesenyapan. Teduh dan tentram.

Di sini, kensunyian layaknya teman berdansa. Seperti petani memainkan cangkul, atau nelayan menarik jala. Seni tak berwajah namun pekat terasa.

Di sini,.... di desa. Segalanya terasa. Jiwa tentram, luka hilang, cinta datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun