Tiga hari belakangan, setelah Ba'dah Ashar, salah satu lokasi perkuburuan Islam di Kota Ternate nampak begitu ramai. Warga datang berziarah. Kondisi ini tidak seperti biasanya.Â
Ketika memasuki pintu utama perkuburan, sudah nampak keramaian sepanjang jalan. Mobil dan motor yang lalu lalang. Hingga kondisi jalan yang sempit menyebabkan kemacetan.Â
Pun demikian dengan para penjual daun pandan; pondak bahasa lokal, dan air yang nampak sibuk melayani peziarah. Lapak-lapak yang berada tepat di pinggir jalan ramai di singgahi untuk pembeli.Â
Satu demi satu daun pandan yang diisi ke kantong plastik dan air yang ludes dengan cepat. Para pedagang pun nampak sibuk memotong kecil-kecil daun pandan agar diletakan kembali ke meja.
Daun pandan dan air merupakan dua bahan utama yang dipakai warga untuk menziarah kubur. Jika di Jawa menggunakan daun kamboja dan beberapa campuran, di Maluku Utara menggunakan pandan dan air.
Banyaknya peziarah yang datang bukan tanpa alasan. Sebab, menjelang Ramadhan atau dalam istilah warga setempat minggu terakhir menjelang Ramadhan, banyak warga yang datang berziarah ke kubur keluarga.
Bahkan menurut cerita salah satu penjaga kubur, biasa di sapa Aba, kedua saudara ini mewakafkan lahan mereka lebih dari 10 hektar yang terbagi perkuburan Islam dan Perkuburan Cina bagi agama Nasrani.
Walaupun pada perjalanannya, lokasi yang digunakan khusus perkuburan harus terbentur dengan pembangunan rumah warga. Artinya di lokasi wakaf yang besar itu, sebagian besar berdiri bangunan baik rumah hingga perkantoran.
Kondisi ini bahkan menjadi dilema ketika pemerintah ingin melakukan pembebasan lahan. Warga yang sudah puluhan tahun membangun rumah harus was-was, sementara di satu sisi pemerintah terbentur juga dengan kepemilikan sertifikat tanah yang dimiliki warga di atas lahan tersebut.
*