Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Si Burung Besi yang Kehilangan Langit

7 Agustus 2020   21:26 Diperbarui: 9 Agustus 2020   06:02 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parkiran Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Cengkareng begitu sepi saat kami tiba sekira pukul 04.20 pagi tadi. Dari 6 pintu masuk yang tersedia, hanya 1 pintu yang di buka dengan dua petugas yang berjaga.

Tak ada lalu-lintas kendaraan seperti sebelum pandemi. Dari lantai 1 hingga lantai 4 tempat kami parkir, suasana benar-benar kaku aktivitas. Papan informasi yang tergantung pada setiap lantai seakan memberikan kami informasi dan fakta, bahwa situasi sedang tak baik-baik saja. 

Di lantai 1, terpampang jelas jumlah area parkir yang kosong sebanyak 100. Di lantai 2 sedikit lebih turun,85 dan di lantai 3 dan 4 menunjukan angka 200, alias benar-benar kosong.

Kalau pun seandainya punya niat menghitung dari lantai 1 hingga 4, saya rasa kami benar-benar menemukan nilai absolut berapa kendraan yang sedang parkir. Selain itu, tak nampak aktivitas baik penumpang maupun petugas dilapangan.

Jika mampu digambarkan, maka kata yang tepat ialah mencekam. Bukan karena khayalan tentang makhluk halus, jin atau genderuwo yang senang punya tempat baru, melainkan di sini, kematian benar-benar sedang terjadi. Kematian ekonomi.

Dan, memang pemandangan ini sudah tersaji ejak awal perjalanan pada pukul 03.00 pagi tadi, saya memperhatikan. Dua Pintu Tol yang kami lewati menuju Bandara tak seramai sebelum pandemi. Bahkan, jalanan benar-benar sepi. 

Padahal, berdasarkan pengalaman, setiap kali melakukan penerbangan, atau sedang menuju bandara. Waktu-waktu segini ialah waktu terpadat dunia penerbangan. Setiap terminal yang kami lewati benar-benar tak berpenghuni. Burung besi nampak gagah saat take off maupun lending.

Ini sesuatu yang benar-benar menjadi benalu pada diri, mungkin ini pertama kalinya ke Bandara sejak Januari silam. Ini pun karena mengantar seorang kawan yang akan fligt menuju Riau pada pukul 06.00 nanti.

****

Setelah parkir, kami menuju masuk dan menuju counter untuk Cek in. Sepanjang perjalanan, saya seakan-akan sedang bertualang mencari harta karun. Suasana benar-benar sepi. Bangunan megah tempatnya pesawat Garuda dan Citilink ini benar-benar kehilangan pamor. Kehilangan sisi ekslusif.

Lampu-lampu yang redup, kursi-kursi kosong, jalanan yang diberi garis agar tak dilewati menjadi pemandangan absurd. Lapak-lapak pun demikian, baik lapak makanan, survenir dan dll.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Di Lokasi Cek In, masih sedikit segar. Masih ada penumpang yang terlihat antri, duduk dengan protokol sosial distancing, bahkan ada yang tidur menunggu jadwal penerbangan.

Setelah itu, kawan saya diarahkan melakukan rapit test di lantai satu. Alhasil kami turun, di lantai yang benar-benar tak ada penerangan sama sekali di depan gate kedatangan. Gate nya para pengusaha bus dan travel.

Sembari mengikuti garis kuning yang menunjukan lokasi rapit test, saya memilih bertahan sebentar di luar hanya untuk memastikan apakah ada penumpang yang datang melalui pintu ini dan apakah ada bus atau travel yang beroperasi. Dan, memang benar tak ada. Saya memilih masuk menengok proses rapit tes yang tersedia di sudut khusus.

Proses ini sendiri dilakukan dengan menscane barcode, mengisi formulir data diri, mengantri, melakukan tes dan keluar hasil membutuhkan waktu kurang dari 20 menit. Hasil ini kemudian di serahkan lagi ke pihak maskapai di counter. 

Sambil menunggu waktu penerbangan, kami memilih mengobrol di luar. Mungkin karena sepanjang kami di bandara rasa parno begitu menguasai. Kami berpikir ini adalah sangat rentan terpapar.

Di sini saya terpaku pada papan informasi penerbangan. Betapa mengejutkan ketika list penerbangan yang tersedia terbaca berisi kalimat " dibatalkan" memenuhi papan informasi tersebut. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Hanya ada beberapa daftar yang menunjukan delay, sudah berangkat dan landing. Betapa tidak, list ini menjawab semua hal yang di alami selama 2 jam di lokasi ini. Bayangkan saja berapa kerugian dari bisnis yang juga merupakan sektor andalan ini.

Padahal sebagai salah satu sektor PDB, si burung besi memiliki dampak multiplyaer efek pada sektor seperti parawisata, dapat meredam laju inflasi karena efek dari distribusi barang dan jasa terutama ke daerah-daerah terpencil serta meningkatkan daya beli masyarakat.

Pembatalan penerbangan otomatis pengembalian (refund) yang tak sedikit. Ditambah opsi rescedule sangat tidak mungkin dilakukan dengan tingkat penggunaan atau jumlah penumpang yang rendah.

Seperti yang tercatat pada tahun 2017 jumlah penumpang baik wisman maupun lokal sekitar 128 Juta dengan jumlah kargo mencapai 1.1 juta. Sementara pada periode April yang dikutip dari Tirto Id, tercatat terjadi penurunan sebesar 0.84 juta penumpang domestik atau turun dari sebesar 81.7 persen. Sementara wisman turun sebesar 95.53 persen.

Pada periode Juni 2020,berdasarkan laporan BPS 2020, jumlah penumpang di beberapa bandara tercatat tak terjadi kenaikan secara yang signifika. Total jumlah penumpang di bandara Polania, Soetta, Juanda,Ngura Rai, Hasanudin per Juni sebesar 318. 967 ribu orang meningkat 7.3 dari periode Mei sebesar 43.153 ribu orang.

Di periode April, tercatat jumlah kunjungan turun mencapai 87.44 persen. Atau secara komulatif turun sebesar 45.01persen (2.77 juta kunjungan) periode Januari-April 2020.

Jumlah kunjungan mempengaruhi jumlah hunian hotel. Di mana, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada April 2020 mencapai rata-rata 12,67 persen atau turun 41,23 poin dibandingkan dengan TPK April 2019 yang tercatat sebesar 53,90 persen. Selain itu, jika dibanding TPK Maret 2020, TPK hotel klasifikasi bintang pada April 2020 juga mengalami penurunan sebesar 19,57 poin. (BPS).

Apakah hanya dunia penerbangan di Indonesia? Tentu saja tidak. Berdasarkan laporan International Air Transport Asosiation (IATA) dalam laporan anisis mengenai Air Pasengger, Air Cargo Continued dan Air Lines finansial monitoring menjukan bahwa pada periode Covid-19 semua 3 kategori analisis di atas terjadi penurunan signifikan pada periode Juni 2020.

Analisis market pasengger menunjukan, pendapatan industri-penumpang-kilometer (RPKs) terjadi penurunan mencapai 85 persen year to year pada bulan Juni di banding kontraksi pada bula Mei sebesar 91.0 persen. 

Selain itu pengembalian tiket, rebound bahkan mencapai 100 persen yang di dominasi oleh penerbangan domestik. Penurunan penumpang yang terus turun sangat cepat dari seat-miles (ASK) yang tersedia di seluruh industri penerbangan dengan beban penumpang global mencapai titik terendah sebesar 57.5 persen pada bulan Juni.

Sumber IATA
Sumber IATA
Sumber. IATA
Sumber. IATA
Alhasil, pendapatan seluruh industri penerbangan Penumpang-kilometer (RPK) mencapai kontraksi sebesar 86.5 persen years to years pada bulan Juni dengan tekanan paling kuat ialah wilayah Asia -Pasifik (-76.4% years to years). 

Musim pandemi ini merupakan sebuah kejatuhan besar pada industri penerbangan global dengan penurunan RPK mencapai 12 persen. Pada Juni, RPK domestik bahkan mengalami penurunan hingga 67.6 persen yaers to years di bulan juni dengan perjalanan internasional dibatasi hingga menyebabkan penurunan angka penumpang sebesar 96.8 persen yeras to years.

Sementara dari sisi Air Cargo Continued, Kargo ton-kilometer (CTKs) di seluruh industri turun 17,6% years to years pada Juni setelah sebelumnya jatuh sebesar 20.1 persen di bulan Mei. 

Kondisi ini menjunkan kinerja yang realitf rendah sehingga angkutan udara kehilangan pangsa pasar dari total perdagangan dunia. Berdasarkan laporan ini juga diketahui bawah penurunan terbesar disumbang oleh kawasan Asia Pasifik, Eropa dan Timur Tengah.

Sumber. IATA
Sumber. IATA
Krisis kapasitas kargo yang tersedia di seluruh industri penerbangan ton-kilometer (ACTKs)juga terjadi penurunan sebesar 34,1% year-on-year (yoy), di mana hasil ini secara umum tidak berubah dari hasil pertumbuhan bulan Mei sebesar -34,8%. Indonesia sendiri memiliki kapasitas kargo yang bervariasi mulai dari peniriman ke Timur tengah yang turun sebesar 23,3 persen di timur tengah dan 53,5 persen di Amerika latin.

Penurunan jumlah penumpang yang cukup signifikan dan lemahnya lalu lintas perdagangan antar negara menyebabkan keuangan maskapai menjadi terancam di mana arus kas keluar beris dari 50 maskapai penerbangan mencapai 3.6 persen dari pendapatan. 

Upaya maskapai untuk mengurangi rencana dalam satu tahun juga tidak mengurangi belanja modal walaupun terjadi penurunan pendapatan. Arus kas bebas justru jatuh ke -26.6 persen.

whatsapp-image-2020-08-07-at-20-47-13-1-5f2d63fc097f36421b321a22.jpeg
whatsapp-image-2020-08-07-at-20-47-13-1-5f2d63fc097f36421b321a22.jpeg
Masih pada laporan yang sama ditemukan bahwa di sisi indeks saham maskapai penerbangan juga dilaporkan sempat mengalami peningkatan pada bulan Juni namun optimisme begitu rendah karena ketidakpastian kapan berakhirnya masa pandemi.

Di era saham penerbangan terjadi penurunan karena skeptisme investor tentang prospek jangka panjang. Sementara, di Asia Pasifik, juga ikut merosot meskipun beberapa maskapai penerbangan dengan dukungan pemerintah mengurangi resiko likuiditas.

Selain ketidakpastian likuiditas, penurunan jumlah penumpang dan pengembalian harga tiket juga menyebabkan kenaikan pada minyak yang bergerak tipis. Pendapatan dari jumlah penumpang secara global; tidak termaksuk biaya tambahan dan pendapatan tambahan, menuyusut sebesar 0.7 persen.

Jumlah penjualan tiket juga mengalami penurunan drastis dan masalah yang utama yang timbul ialah pengembalian tiket penerbangan. Penurunan pendapatan terbesar berada di kabin peremium dari pada kabin ekonomi. Di mana, hasil rata-rata imbal hasil penumpang turun menjadi 3.4 persen di bawah level tahun 2019.

Sumber. IATA
Sumber. IATA
Di tengah pandemi dan resesi saat ini, banyak sektor penyumbang PDB terkena dampak yang sangat luar biasa. Laporan beberapa minggu ini yang mengungkapkan fakta bahwa Indonesia sudah resesi ialah gambaran global di mana industri-industri utama sama-sama mengalami nasib yang tak baik.

Kebijakan pemerintah dipandang sangat penting untuk mengambil langkah-langkah taktis namun praktis agar dapat menyelamatkan berbagai sektor bisnis dari jurang krisis. 

Sebab, tanda awal resesi yang tak dibijaki akan menimbulkan krisis ekonomi yang pada akhirnya menyebabkan suatu negara menjadi Colaps. Terima Kasih...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun