Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kenapa di Timur Biaya Hidup Sangat Tinggi?

5 Agustus 2020   18:15 Diperbarui: 6 Agustus 2020   18:11 2555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Merah Putih Ambon (Sumber: Instagram/prima761e via Skyscrapercity)

Faktor jarak menjadi kendala utama, sehingga fluktuasi harga sudah menjadi data biasa bagi konsumen. Bahkan,dalam laporan BI, sektor penyumbang inflasi salah satunya ialah harga tiket pesawat.

Biaya distribusi laut dan udara yang mahal menyebabkan efek domino meningkatnya harga-harga di pasar,terutma bahan pangan. Karena Supply bahan pokok Maluku Utara berasal dari luar daerah yakni Manado, dan Surabaya.

Biaya logistik menjadi kendala yang dari dulu masih belum terpecahkan. Artinya konektivitas menjadi masalah utama di Indonesia. Di Asia sendiri Indonesia masih menempati urutan pertama tingginya biaya logistik.

Salah satu solusi pemerintah dalam menekan biaya distribusi ialah tol laut. Akan tetapi, sejauh ini belum menjadi solusi yang tepat. Hal ini lantaran masih terjadi delay terutama jika dihadapkan pada kondisi alam. Selain itu, ketidakefektifan tol laut karena tidak ada timbal balik dari dari biaya yang di keluarkan dengan yang di harapkan. 

Ketiga,Ketergantungan pangan dari luar daerah. Ini menjadi pertalian dengan biaya distribusi. Yap, pangan pokok semuanya di berasal dari luar daerah.

Ketergantungan pangan yang tinggi dari wilayah lain disebabkan karena struktur ekonomi Malut bukan pertanian, melainkan pertambangan dan perkebunan dan perikanan. 

Artinya pembentukan PDRB didominasi oleh kedua sektor ini.  Tidak ada pusat industri lokal. Alias bukan wilayah industri dan produksi bahan pokok.

Sumber: BPS 2019
Sumber: BPS 2019
Berdasarkan data BPS 2019, Jumlah produksi padi Maluku Utara tahun 2019 diperkirakan 37.946 ton yang jika dikonversikan ke beras  sebesar 21.125 ton. Data ini menurut BPS terjadi penurunan sebanyak 6.180 ton atau 22.63 persen dibanding 2018. Dengan asumsi pula jika jumlah penduduk sebesar 1, 039 juta jiwa maka kebutuhan beras yang diperlukan sebesar 39.230 juta ton dengan konsumsi rata-rata perkapita 0,58 kg. 

Sehingga untuk memenuhi permintaan, pemerintah harus melakukan impor bahan pangan seperti beras, gula,daging ayam, sapi hingga holtikultura dari surabaya dan manado. Yang kesemuanya membutuhkan biaya-biaya.

Selain itu menurut saya pribadi ialah perilaku konsumtif yang tinggi. Di mana perilaku ini dapat di tunjukan lewat data pengeluaran konsumsi rumah tangga yang sangat tinggi dan menjadi salah satu faktor penyumbang inflasi tetap.

Struktur perekonomian masih didominasi oleh konsumsi, baik konsumsi rumah tangga ataupun konsumsi pemerintah. Kedua sektor ini merupakan sektor penyumbang inflasi tahunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun